Saturday, July 07, 2007

Bocah-bocah yang Membiayai Sendiri Pendidikannya

Liputan6.com, Polewali: Kemiskinan yang melanda negeri ini membuat sejumlah anak terpaksa membiayai sendiri sekolahnya. Di Desa Dharma, Polewali, Sulawesi Barat, misalnya. Beberapa anak terlihat sibuk bekerja mengumpulkan batu di tepi Sungai Andreapi untuk melawan kesulitan ekonomi yang menghimpit hidup mereka.

Dari pengamatan SCTV belum lama ini, pekerjaan tersebut biasanya dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari sedikitnya lima anak. Setiap kubik batu yang terkumpul, akan dijual seharga Rp 75 ribu. Pendapatan setiap anak sekitar Rp 10 ribu. Sebagian anak yang masih sekolah, memanfaatkan penghasilannya untuk membiayai sekolah

Anak-anak itu rela kehilangan waktu bermain dan belajar demi membantu orang tuanya. Pekerjaan ini dilakukan seusai waktu sekolah atau saat liburan.

Mereka yang bekerja sebagai pengumpul batu memang berasal dari keluarga miskin. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang merupakan anak putus sekolah. Di usianya yang belia, anak-anak ini harus menanggung beban hidup yang tidak seharusnya mereka tanggung. Membiayai sekolah dengan keringat sendiri adalah suatu kenyataan yang mereka jalani.

Nasib tak jauh berbeda dialami Heru Andriyanto. Pelajar kelas dua sebuah sekolah dasar di Semarang, Jawa Tengah, ini bekerja sebagai pemain kuda lumping. Liburan seharusnya dimanfaatkan anak-anak sekolah melepas lelah dari rutinitas belajar, tapi itu tidak berlaku bagi Heru. Baginya hari libur adalah waktu untuk mengais rezeki.

Setelah mempersiapkan segala peralatan, Heru meninggalkan rumahnya untuk mengamen bersama kelompok kuda lumping. Dengan menggunakan becak dan sepeda, mereka menyusuri jalan-jalan di Semarang menuju kawasan Pekunden. Di tempat ini, bocah-bocah tersebut memulai atraksi. Mereka membuka dengan permainan gamelan untuk mengundang penonton.

Saat penonton cukup ramai, Heru beraksi menghibur. Sebagai pemain kuda lumping, tubuh mungil Heru kadang dilecut dengan cambuk. Sementara bocah tujuh tahun ini menari, Ceming, rekan satu permainannya berkeliling mengumpulkan uang pemberian penonton. Pendapatan inilah yang digunakan Heru membayar berbagai keperluan sekolah.

Penghasilan yang diterima Heru memang tidak banyak. Dari hasil empat sampai kali pementasan dalam sehari, setiap pemain mendapat bagian Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.

Kendati mengamen merampas hari liburnya, Heru mengaku senang karena dapat menutup sebagian keperluan pendidikan dari hasil kerja kerasnya. Prestasi Heru di sekolah juga tidak mengecewakan. Ia menduduki peringkat dua di kelas.(RMA/Tim Liputan 6 SCTV)

Komentar:
Miris membaca cerita ini!!

No comments: