Saturday, August 25, 2007

Novum Kasus Munir Tak Sentuh Substansi Siapa Pembunuhnya

2007-08-25 18:57:00

M. Rizal Maslan - detikcom

Jakarta - Bukti baru atau novum yang diajukan dalam sidang Peninjauan Kembali (PK) kasus Munir tak menyentuh substansi siapa pelaku pembunuh aktivis HAM itu. Hal ini bisa membuat sidang tersebut bias.

"Saya kuatir kalau ini terus melebar-lebar seperti itu, malah juah dari substansi untuk mencari novum, siapa pemberi racun kepada Munir," kata pengamat
intelijen Wawan Poerwanto di Jakarta, Sabtu (25/8/2007).

Seharusnya, menurut Wawan, dalam persidangan PK tersebut dibuka data dan fakta temuan hasil penyelidikan Tim Pencari Fakta (TFP). Contohnya, temuan rekaman percakapan telepon antara Pollycarpus dan Muchdi PR, yang sudah diselidiki oleh Federal Berueu Investigation (FBI).

"Kenapa ini yang tidak diungkap, tapi kenapa justru yang diungkap adalah masalah-masalah seperti percakapan Indra Setiawan dan Pollycarpus. Padahal
sesungguhnya kalau mencari novum di PK harus yang terkait percakapan Pollycarpus dan Muchdi. Ini kan jadi bias ke mana-mana," jelas Wawan.

Untuk itu, Wawan sangat memuji langkah Kontras, Imparsial dan KASUM yang tetagigih dalam berjuang untuk mengungkap kebenaran pembunuh Munir tersebut.
Hanya saja, tetap semua kalangan harus menghormati proses hukum yang sedang dan telah berlangsung dalam kasus ini.

Ditambahkan Wawan, dalam rekaman antara Pollycarpus dan Indra Setiawan disebut-sebut Ketua MA Bagir Manan dan Jakgung Hendarman Supndji dengan istilah 'Kawan Kita'. Menurutnya, Bagir dan Hendarman adalah dua orang aparat negara yang cukup tegas di bidang hukum.

"Jadi Kita tidak usah lantas mempolemikkan kreadibilitas mereka dengan mencurigai. Biarkan hukum tetap berjalan," ujarnya.

Lebih lanjut, Wawan mengatakan perlu kesadaran seluruh pihak untuk menjaga kemurnian proses persidangan yang sedang berlansung. Menurutnya, intervensi hanya akan mengaburkan tugas aparat persidangan untuk menyatakan siapa sesungguhnya yang membunuh Munir.

Keagenan Ucok Disangsikan

Soal nama baru terkait kasus Munir, seperti munculnya nama Ucok yang mengaku sebagai agen BIN dengan pangkat IIIC disangsikan oleh Wawan Poerwanto. Menurutnya, sangat aneh bila Ucok masuk menjadi agen BIN pada tahun 2000 dan keluar tahun 2005.

"Ini tidak masuk akal. Kalau betul dia masuk paling maksimal dapat golongan IIIA atau IIIB. Ini yang perlu dicek ke Badan Kepegawaian Negara (BKN)," jelasnya.

Begitu juga soal kepemilikan dua senjata api pistol jenis Colt 32 dan Colt 38 yang pernah dipegang dan dikembalikan kepada almarhum Arie J Kumaat. Pengakuan
ini sudah tidak jelas lagi, karena kalau dia anggota BIN seharusnya mengembalikan ke negara bukan perorangan.

"Mungkn dia bukan agen BIN, tapi hanya sebagai informan saja. Jadi itu tidak masuk akal. Dan, yang saya dengar senjata itu tidak dipakai di dunia intelijen. Jadi, ini sudah banyak yang bergeser dari masalah utamanya," imbuh Wawan. (zal/djo)

(news from cache) - Reload from Original

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/25/time/185712/idnews/821634/idkanal/10

Pak Tjip: Sekjen PDIP Tertawa Dengar Soekarwo Direkomendasi

Sabtu, 25/08/2007 14:35 WIB
Jelang Pilgub Jatim
Steven Lenakoly - DetikSurabaya

Surabaya - Ketua DPP PDIP Sutjipto mengungkapkan kabar direkomendasikan Sekdaprov Soekarwo menjadi calon resmi dari partainya adalah tidak benar. Sebab DPP belum memutuskan nama. Sebaliknya, kabar itu menjadi bahan tertawaan di elit politik.

"Saya bertemu dengan Sekjen (Pramono Anung) kemarin. Saat cerita tentang rekomendasi Soekarwo tersebut, Sekjen malah tertawa," terang di usai menghadiri wisuda Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Taswirul Afkar di Gedung Cak Durasim Jalan Genteng Kali Surabaya, Sabtu (25/8/2007).

Klarifikasi ini nampaknya dipandang Sutjipto penting karena untuk menghindari informasi yang menyesatkan sehingga bisa membuat kondisi menjadi tidak tenang di kalangan kader PDIP.

Kepada wartawan, Pak Tjip panggilan akrab mantan Ketua PDIP Jatim ini menegaskan jika partainya sama sekali belum memutuskan nama untuk bertarung dalam pemilihan L1 yang digelar Juli 2008.

"DPP belum memutuskan nama. Apa saya atau dia (Soekarwo). Begitu pula PDIP tidak ada restu untuk siapa pun," tegas Pak Tjip.

Menurut Pak Tjip, sampai saat ini penentuan calon gubernur masih menunggu rapat DPP. Saat ditanya kapan akan diumumkan nama rekomendasi turun, dia berharap bisa ada secepatnya.

"Saya sudah meminta kepada pihak DPP agar tidak terlalu mepet. Sebab, jika terlalu mepet persiapan tidak akan matang," jawabnya.

Perlu diketahui, belakangan ini beredar kabar yang cukup santer jika Ketua Umum Megawati Sukarnoputri telah memutuskan calon gubernur untuk Jawa Timur. Dia adalah Soekarwo. Namun, Soekarwo sendiri mengaku juga tidak tahu. Tetapi, dia tetap optimis jika dirinya yang bakal direkomendasi PDIP. (fat/gik)

Pak Tjip: Kata Siapa PDIP Sudah Tetapkan Soekarwo!

Jum'at, 24/08/2007 10:21 WIB
Jelang Pilgub Jatim
Budi Sugiharto - DetikSurabaya

Surabaya - Kabar telah turunnya rekomendasi Ketua Umum Megawati Sukarnoputri kepada Sekdaprov Jatim Soekarwo sebagai calon resmi Gubernur Jatim 2008 dari PDIP ditepis oleh Sutjipto.

Sebaliknya, salah satu Ketua DPP partai berlambang banteng moncong putih ini hanya tertawa ketika mendengar kabar yang cukup santer berhembus di kalangan elit politik Jawa Timur.

"Kata siapa sudah turun. Coba tanyakan ke yang ngomong...ha ha ha ha," kata Pak Tjip, panggilan akrab politisi gaek ini kepada detiksurabaya.com. Mantan Ketua DPD PDIP Jatim ini justru mengaku heran dengan munculnya kabar yang tidak benar itu.

"Coba tanyakan di yang ngomong saja. Jadi jangan cuma bisa membohongi rakyat saja," tegas Pak Tjip yang juga bakal calon gubernur dari PDIP ini.

Perlu diketahui, dalam pemilihan gubernur Jatim yang akan berlangsung Juli 2008 mendatang, PDIP Jawa Timur telah mengusulkan dua nama kandidat, yaitu Sutjipto dan Soekarwo.

Dari dua nama itu, nantinya DPP PDIP akan akan menentukan satu nama yang dipandang layak dan bisa memenangkan pertarungan merebut kursi L 1. Dan hingga sekarang secara resmi memang belum ada keputusan dari Megawati mengenai nama yang akan dicalonkan. (gik/gik)

Baca Juga:

Khilafah" Bukan Sekadar Romantisme

Muhammad Ismail Yusanto

Konferensi Khilafah Internasional 2007 yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia pada 12 Agustus berjalan sangat sukses.

Kekhawatiran sejumlah pihak bahwa Konferensi Khilafah Internasional (KKI) akan menjadi ajang deklarasi pendirian khilafah tidak terbukti karena sejak awal KKI tidak dibuat untuk itu. KKI diselenggarakan hanya sebagai medium guna mengokohkan komitmen menegakkan syariah dan khilafah.

Namun, penilaian Azyumardi Azra (Kompas, 18/8) bahwa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) seakan-akan meratapi berakhirnya kekuasaan ke-khilafah-an Turki Utsmani adalah tidak tepat.

Sebagai Juru Bicara HTI, saya berulang kali menegaskan, perhelatan besar ini tidak dimaksudkan untuk mengenang atau memperpanjang kesedihan karena keruntuhan khilafah tidak layak untuk terus diratapi. Dan HTI sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa khilafah yang harus ditegakkan adalah khilafah Ustmaniyah yang dulu berpusat di Turki, tetapi khilafah ’ala minhaji an nubuwah sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW dan dipraktikkan para khulafaurrasyidin yang merupakan sahabat utama nabi.

Satu hal penting dicatat, kewajiban menegakkan khilafah bukan didasarkan realitas historis atau kenyataan empiris, tetapi berdasarkan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT dan dan Nabi Muhammad SAW sebagai jalan untuk menerapkan syariah dan mewujudkan ukhuwah.

Sejarah

Namun, bukan berarti fakta sejarah tidak penting. Dari sejarah, kita bisa mengambil pelajaran, penyimpangan ke-khilafah-an dari tuntunan Al Quran dan as Sunnah pasti akan menimbulkan masalah. Karena itu, khilafah yang kita inginkan adalah khilafah yang menjalankan norma ideal Islam secara konsisten.

Kita mengakui ada penyimpangan yang dilakukan para khalifah pada masa lalu, tetapi tidak berarti sistem khilafah itulah yang salah. Adalah tidak relevan menyalahkan sistem yang ideal hanya dengan melihat kesalahan para pelakunya.

HTI juga tidak pernah menyatakan, seluruh sejarah khilafah adalah baik semua. Ada juga khilafah yang menyimpang dari norma ideal Islam. Namun, kekecewaan terhadap keburukan sebagian khalifah tidak boleh menutupi fakta historis tentang sejarah keemasan khilafah yang lain. Ini jelas bukan merupakan tindakan yang fair.

Banyak sejarawan mencatat secara obyektif kegemilangan khilafah. Will Durant dalam The Story of Civilization, misalnya, menuliskan, para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besar bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah telah menyiapkan berbagai kesempatan bagi siapa pun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.

Dr Ali Muhammad al-Shalabi dalam kitab al-Daulah al-Utsmaniyah, ‘Awamilu al-Nuhud wa Asbabu al-Suqut dengan jelas menggambarkan peran ke-khilafah-an Utsmani dalam melanjutkan kegemilangan peradaban Islam yang dibangun para khulafa sebelumnya. Maka tak berlebihan bila Paul Kennedy dalam The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000, menulis tentang ke-khilafah-an Utsmani dengan: Imperium Utsmani, lebih dari sekadar mesin militer. Dia telah menjadi penakluk elite yang mampu membentuk kesatuan iman, budaya, dan bahasa pada sebuah area lebih luas dari yang dimiliki Imperium Romawi dan untuk jumlah penduduk yang lebih besar.

Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, dunia Islam telah melampaui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya luas, terpelajar, perairannya amat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki universitas dan perpustakaan lengkap dan memiliki masjid-masjid yang indah. Dalam bidang matematika, kastografi, pengobatan, dan aspek lain dari sains dan industri, kaum muslimin selalu ada di depan.

Islam di Indonesia

Dalam sejarah pengembangan Islam Indonesia, peran khilafah Ustmaniyah juga amat menonjol. Banyak ulama, termasuk sebagian yang dikenal sebagai Wali Songo, dikirim oleh khalifah. Dia turut membantu kesultanan Aceh melawan penjajah Portugis saat itu. Dalam buku Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar Raniri disebutkan, Kesultanan Aceh menerima bantuan militer berupa senjata disertai instruktur dari khilafah Utsmaniyah.

Adalah hak Azyumardi Azra untuk mengatakan, gagasan khilafah harus dipertanyakan kelayakan dan keberlangsungannya (viability). Namun, penggunaan tafsir dari Al Baqarah ayat 30 untuk menolak sistem khilafah perlu dipertanyakan.

Ulama terkemuka mana yang menjadikan ayat ini sebagai dasar penolakan terhadap sistem khilafah? Imam al-Qurthubi dalam buku tafsirnya al-Jami li Ahkam al-Qur’an al-Azhim (Juz 1/264) justru menjelaskan sebaliknya tentang ayat ini. Dia menulis, "Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban (mengangkat khalifah) di kalangan umat Islam dan para imam mazhab, kecuali pendapat yang diriwayatkan dari al-a’sham (yang tuli) terhadap syariat".

Menyatukan umat Islam memang berat, tetapi bukan utopis. Masalahnya terletak pada kesadaran. Bila muncul kesadaran untuk menyamakan visi dan misi kenegaraan di bawah naungan khilafah, upaya penyatuan ini bukan mustahil. Penyatuan ini dimungkinkan karena karakter utama risalah Islam itu sendiri yang ditujukan untuk seluruh umat manusia (kâffat[an] li an-nâsh) dan untuk memberikan kebaikan bagi seluruh alam (rahmat[an] li al-‘âlamîn).

Dalam konteks Indonesia, ide khilafah adalah jalan untuk membawa Indonesia ke arah lebih baik. Syariah akan menggantikan sekularisme yang terbukti memurukkan negeri ini. Ide khilafah sebenarnya juga merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan multidimensi yang kini nyata-nyata mencengkeram negeri ini dalam berbagai aspek.

Hanya melalui kekuatan global, penjajahan oleh kekuatan kapitalisme global bisa dihadapi dengan cara yang sama. Karena itu, konferensi ini bisa dibaca sebagai bentuk kepedulian yang amat nyata dari HTI dan umat Islam terhadap masa depan Indonesia dan upaya menjaga kemerdekaan hakiki negeri ini atas berbagai bentuk penjajahan yang ada.

Muhammad Ismail Yusanto Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia

Siapa Socrates sebenarnya?

sumber: http://watung.org/2007/08/23/siapa-socrates-sebenarnya/

socrates_teaching.jpgIngatan kita dulu adalah tentang seorang tua gempal di Yunani sana yang hidupnya hanya beredar di pasar-pasar bak gelandangan, menggetok pikiran dan mendebat anak-anak muda tentang sesuatu yang… entah soal apa sebenarnya. Yang lalu diadili dan mati diteguk racun oleh penguasa.

Gadfly of Athena, julukannya, Lalat Pengganggu Athena. Dan beliau ini memang bak lalat: hinggap, menggelitik, lalu terbang… hampir tanpa jejak. Maka sampai kini pun, tak pernah orang menemukan bahkan sebaris pun tulisan-tulisan Socrates. Kisahnya yang ajaib, tentu, masih dapat kita simak lewat karya-karya Plato yang banyak merekam gurunya yang aneh ini.

Aneh, karena yah… ngapain ya ngider di jalan-jalan seperti itu? Cuma untuk berdiskusi dan menanyai orang-orang? He is a prominent philosopher, a smart guy! Dan apa yang dituju sebenarnya, diskusi apa, tentang apa — sebegitu hebohnya sampai musti disidang di depan 500 juri di pengadilan Athena?

Nah, kita bisa membaca Apologia (download ebook) karya Plato. Apologia adalah rekaman dari sesi pembelaan Socrates di pengadilan sebelum ia dihukum mati. Agak panjang, tapi saya coba cuplikkan yang menariknya (juga mengejutkan!) So please sit down and relax…

socrates_death.jpg

Socrates diadili karena tiga dakwaan: meracuni pikiran kaum muda, tidak mempercayai dewa-dewa, dan membuat agama baru. Kita tahu Yunani, negeri di mana Socrates hidup, adalah negeri para dewa; Zeus, Hera, Apollo, Poseidon… dan sebagainya itu. Memang dalam terjemahan Apologia ini, si penerjemah Benjamin Jowett menggunakan kata “gods” ketika merujuk pada apa yang dipercayai warga Athena. Tapi ketika itu berkaitan dengan ketuhanan pribadi Socrates sendiri, kata “God” (tanpa “s”, dan “G” huruf besar) lah yang dipakai.

Menarik. Socrates kita kenal sebagai filsuf — tapi membaca Apologia ini, kita akan bertemu dengan sosok yang sangat, sangat, sangat relijius! No, I’m serious… Orang ini bukan tipe yang sekedar icip-icip keagamaan bak orang jaman sekarang yang mengutip ayat ini dan itu… No. He has a whole life and conduct that seems to be COMPLETELY driven by what he believes in!

Saya cuplikkan sedikit ucapannya:

Aku harus mengulang kata-kataku ini kepada siapapun yang kutemui, baik tua ataupun muda, warga di sini atau orang asing, tapi terutama kepada para warga karena merekalah saudara-saudara terdekatku. Bahwa ini adalah perintah Tuhan, dan aku yakin tak ada kebaikan yang lebih baik pada negeri ini selain pengabdianku kepada Tuhan. Yang kulakukan hanyalah mengajak kalian semua, para pemuda dan orang tua, untuk tak hanya memikirkan orang-orangmu atau harta milikmu, namun yang pertama dan paling utama: perhatikanlah nasib jiwamu! Kukatakan kepadamu bahwa kebajikan bukanlah dengan menerima uang dan harta, tapi bahwa dari kebajikan itulah — harta dan segala hal yang baik dari diri manusia akan muncul, baik di sisi publik maupun individu. Inilah yang aku ajarkan.

Perintah Tuhan… hmm… Dan ketika menjelaskan tentang siapa dirinya, alasan tindakannya,

Warga Athena… bila kalian membunuhku, kalian tak kan mudah menemukan pengganggu sepertiku yang Tuhan telah anugerahkan kepada negeri ini. Negeri ini bak kuda ningrat yang besar, yang berjalan demikian lamban lantaran ukuran tubuhnya. Ia mustilah diusik agar hidup kembali. Dan akulah pengganggu itu yang Tuhan telah tempatkan di negeri ini. Dan di sepanjang waktu, di mana-mana, aku akan selalu mendekatimu, membangunkanmu, membujuk dan mengusikmu.

Juga di bawah ini, satu argumentasi yang cerdas:

Ketika kukatakan bahwa aku dianugrahkan Tuhan kepadamu, bukti dari misi dan tugasku adalah sebagai berikut: — jika aku seperti kebanyakan orang, aku pastilah tak akan menolak kepentinganku sendiri… demi kepentinganmu, aku datang kepadamu sebagai bapak atau saudara tua, mengajakmu kepada kebajikan yang mulia. Jika aku memperoleh sesuatu dari situ, atau jika aku dibayar karena ajakanku ini, tentu hal itu akan menjadi alasan yang masuk akal atas tindakanku ini. Namun, seperti yang kalian lihat, tak satu pun penuntutku mampu menunjukkan bahwa aku mengutip bayaran apapun, mereka tak punya bukti. Dan aku memiliki bukti yang cukup atas kebenaran dari apa yang kukatakan — yakni: kemiskinanku.

Do you remember Surah Yasiin:21? “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk…” Ada kesan yang cukup lugas, bahwa Socrates melakukan itu semua bukan atas kemauannya sendiri. Ia seperti… diperintah.

socrates_students01.jpg

Dan yang berikut ini, barangkali yang paling tidak mudah dijelaskan…

Orang barangkali bertanya-tanya mengapa aku diam-diam sibuk mengurusi orang lain tapi tak pernah maju ke depan publik dan memberi nasihat kepada negara. Akan kuceritakan kenapa. Kalian telah sering mendengar di banyak tempat tentang sosok atau tanda yang senantiasa datang kepadaku, tanda ilahiah yang Melitus (jaksa penuntut — Red) telah mencemoohnya dalam tuduhannya. Tanda ini, yang berwujud seperti suara-suara, pertama kali menghampiriku ketika aku masih kanak-kanak. Suara-suara ini melarangku berbuat sesuatu, namun tak pernah menyuruhku untuk melakukan hal-hal. Inilah yang menahanku dari menjadi seorang politikus.

Socrates memilih mati, walau rekan-rekannya memaksanya untuk menyetujui tawaran keluar dari Athena. Di akhir pembelaannya, dia berucap: “The hour of departure has arrived, and we go our ways — I to die, and you to live. Which is better, only God knows.

Socrates melahirkan murid yang cerdas seperti Plato. Plato melahirkan Aristoteles. Dan Aristoteles, kita tahu, adalah guru dari Iskandar Zulqarnain. Yang terakhir ini, seorang suci yang bisa kita baca kisahnya di Al-Quran.

So what do you think? Siapa sebenarnya Socrates? Lamat-lamat kita ingat, “Dan sungguh Kami telah mengutus utusan pada tiap-tiap umat…” (QS 16:36). Ada sekian banyak utusan, kisah 25 di antaranya direkam di dalam Al-Quran. Selebihnya? Barangkali tak kita kenal sama sekali. Atau bahkan tersembunyi di antara tumpukan buku… entah yang pada jaman kini dikenal sebagai jenderal perang, matematikawan, sastrawan… atau filsuf?

Hanya Allah yang tahu. Salaam.

Credits: Gambar pertama, dicuri dari internet. ;-) Kedua adalah lukisan karya Jacques-Louis David, seorang pelukis Prancis, “The Death of Socrates“. Terakhir adalah ilustrasi tentang Socrates (Sughrat) di sebuah manuskrip kuno Mukhtar Al-Hikam.

Pilkada DKI Usai, PDIP Bentuk Komite Kasus Mahar

2007-08-25 06:41:00

Ramdhan Muhaimin - detikcom

Jakarta - Kasus uang mahar yang mencuat beberapa bulan lalu ketika Pilkada DKI Jakarta akan digelar ternyata masih menjadi perhatian serius DPP PDIP. Sebuah komite khusus dibentuk untuk melakukan evaluasi pascapilkada di tubuh DPD PDIP DKI.

Penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta telah berakhir. Pasangan Fauzi Bowo-Prijanto dipastikan menjadi gubernur dan wakil gubernur baru di DKI untuk periode 2007-2012.

Keberhasilan 20 parpol yang tergabung dalam Koalisi Jakarta mengantarkan
Fauzi-Prijanto menjadi pemimpin di Ibukota bukan berarti tanpa masalah. PDI Perjuangan sebagai salah satu parpol besar di Koalisi Jakarta menghadapi gonjang-ganjing internal usai pilkada.

Berdasarkan informasi yang diperoleh detikcom, DPP partai berlambang moncong putih tersebut telah membentuk Komite Disiplin yang terdiri dari tujuh orang anggota. Mereka antara lain Sutjipto, Alex Litay, Hamka Haque, Murdaya Poo, Firman Jaya Daeli, Theo Syafei, dan Sabam Sirait.

Pembentukan komite tersebut, menurut sumber tadi, terkait evaluasi internal terhadap penyelenggaraan pilkada. Salah satu butir evaluasi itu, adalah follow up kasus mahar cawagub yang diduga melibatkan sejumlah pengurus DPD PDIP DKI Jakarta.

"Ini sesuai janji sekjen (pramono Anung) yang akan menindak pengurus PDIP yang terlibat mahar cawagub dengan membentuk komite disiplin," ujar sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut kepada detikcom, Jumat (24/8/2007).

Dia menyebutkan, salah satu pengurus DPD PDIP DKI Jakarta yang akan diproses oleh komite adalah Agung Imam Sumanto (ketua) dan Audi IZ Tambunan (wakil ketua).

"Keputusan komite sepertinya akan menon-aktifkan sementara Agung Imam Sumanto, Audi IZ Tambunan dan penggantian sejumlah fungsionaris PDIP lainnya," ujar dia.

Dia juga menyebutkan, isu money politic lain yang menjadi evaluasi komite ini adalah adanya kasus liasion officer (LO) yang mantu oleh beberapa oknum PDIP DKI terhadap sejumlah balon gubernur.Dia mencontohkan Moh.

Asyikin Kaharudin yang LO kepada Sarwono Kusumaatmadja mantu di Tegal dan Wahid Sopandi yang LO kepada Agum Gumelar mantu di aula Paldam Bearland, Jakarta Timur.

"Mereka juga akan diproses. Kemungkinan besar akan terjadi reshuffle pengurus DPIP DKI," tandasnya. (rmd/bal)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/25/time/064102/idnews/821512/idkanal/10

Soal Calon Independen PDIP Minta Penjelasan Jimly


Jakarta, 24 Agustus 2007 12:04
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie diminta untuk memberi penjelasan soal putusan calon independen di hadapan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Pramono Anung, di Gedung MK, Jakarta, Jum`at (24/8), mengatakan, PDIP mengundang Jimly untuk berbicara pada acara rakornas PDIP yang akan dihadiri oleh 14.800 peserta di Kemayoran, Jakarta, pada 10 September 2007.

"Kita meminta Pak Jimly untuk berbicara soal hukum dan konstitusi, dan juga soal putusan-putusan yang dibuat MK, termasuk yang terakhir soal calon independen," tuturnya.

Selain mengundang Jimly, ia menambahkan, PDIP juga mengundang dua pemimpin lembaga negara lain, yaitu Ketua MPR Hidayar Nur Wahid dan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah.

Jimly, menurut Pramono, telah menyanggupi untuk hadir dan berbicara pada acara rakornas yang akan dihadiri oleh seluruh kader PDIP yang menjabat kepala daerah tingkat provinsi dan kabupaten, anggota legislatif, ketua pengurus tingkat provinsi, kabupaten, hingga ketua tingkat kecamatan.

Sementara PDIP, kata Pramono, merupakan partai yang sejak awal mendukung putusan MK yang membuka peluang bagi calon independen untuk mengikuti Pilkada.

"Sejak awal, PDIP sudah siap dengan putusan MK itu. PDIP bisa terima itu. Hanya, kami meminta agar ada perlakuan yang sama antara calon independen dan yang dari partai politik," katanya.

Pramono juga berharap, apabila DPR dan pemerintah serius menanggapi putusan MK, maka dalam waktu enam bulan seharusnya sudah ada aturan yang mengatur syarat calon independen mengikuti pemilihan kepala daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. [EL, Ant]

Kebijakan SBY Dituding Masih Anti Rakyat Kecil

2007-08-24 23:23:00

Anwar Khumaini - detikcom

Jakarta - Presiden SBY dinilai telah melanggar tanggungjawabnya sebagai presiden. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan-kebijakan yang diambilnya tidak pro terhadap rakyat kecil. SBY pun dianggap 'sontoloyo'.

"SBY telah melanggar tanggungjawab sebagai presiden. Kalau mau jujur, kebijakan SBY tidak ada yang memihak kepada rakyat," ujar anggota Dewan Pertimbangan Pusat DPP PDIP A.P Batubara.

Hal tersebut ia sampaikan saat memberi sambutan dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-70 dan peluncuran buku yang ditulisnya 'Demokrasi Buat Rakyat' di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (24/8/2007).

Menurutnya, penduduk miskin di Indonesia semakin bertambah meskipun anggaran terus dinaikkan. "Jadi pemimpin sekarang ini sontoloyo, sak karepe dewe", ujar Batubara.

Ia mencontohkan, disahkannya RUU Penanaman Modal Asing merupakan salah satu kesalahan terbesar SBY. Menurutnya, bangsa Indonsia sendiri mampu mengelola kekayaan alam sendiri, tidak perlu ada campur tangan orang asing.

Menyinggung isi buku yang ia launching, menurutnya demokrasi yang dianut oleh bangsa Indonesia saat ini tidak jelas.

"Demokrasi kita nggak jelas. Harusnya demokrasi direalisasikan dalam semua
aspek, termasuk hokum, ekonomi, hubungan dengan luar negeri dan sebagainya," papar mantan anggota DPR ini.

Sementara itu, Sekjen PDIP Pramono Anung memuji konsistensi A.P Batubara dalam hal kecintaannya terhadap bangsa.

"Kader PDIP yang paling lantang menolak RUU Penanaman Modal Asing adalah Pak A.P Batubara. Jadi PDIP saat pembahasan RUU tersebut walk out," ujar Pram saat memberi sambutan mewakili Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Pram menambahkan, Batubara selalu meneteskan air mata saat rapat-rapat di DPP yang membahas soal rakyat. (anw/bal)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/24/time/232328/idnews/821493/idkanal/10

Republik Mimpi Raih Suardi Tasrif Award dalam HUT AJI

2007-08-25 00:28:00

Muhammad Nur Hayid - detikcom

Jakarta - Tidak sia-sia usaha kelompok intelektual muda dan komedian cerdas yang tergabung dalam news.com untuk berkreasi. Dalam rangka HUT Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke 13, Suardi Tasrif Award Diserahkan kepada Republik mimpi di aula Perpustakaan Naisonal.

"Kami seluruh tim Newsdotcom sangat merasa bangga karena penghargaan
ini paling bergengsi dalam dunia kebebasan dan profesionalisme pers di
Indonesia. Tak lupa juga terimaksih kami atas dukungan semua pihak yang membuat newsdotcom tetap eksis, apalagi di saat-saat susah mendapat tekanan dulu" kata Effendi Gazali saat menerima award di aula Perpusnas Jl Salemba jakpus jumat (24/08/2007)

Penyerahan award langsung dilakukan oleh Ketua Umum AJI Heru kepada tim newsdotcom yang disaksikan oleh tokoh-tokoh pers nasional, Dewan Pers, sejumlah anggota DPR serta tamu-tamu undangan dari perwakilan kedubes Cina, Amerika dan Swiss.

pakar komunikasi UI ini menambahkan penghargaan ini diterima karena Newsdotcom mampu berjuang melewati tekanan parpol yang akan menuntutnya serta ancaman ditinggalkan oleh sponsor karena takut tekanan pihak tertentu.

Penghargaan ini diterima bersama oleh Effendi bersama Wapres Jarwo Kwat (JK), Gus Pur, Habudi dan Makroen Sanjaya yang mewakili Metro TV.

Menurut Jarwo Kwat, award ini merupakan yang pertama kali dalam sejarahnya
disberikan pada acara TV yang bernuansa komedi.

Menurut Ketua Aji Heru pemberian award kepada newsdotcom karena acara ini dinilai mampu membuka akses rakyat kecil untuk mnyampaikan opininya. Selain itu acara ini dinilai peka terhadap persoalan yang ada di masyarakat serta melawan dominasi kapitalisme melalui rating-rating yang tidak transparan karena tidak pernah diaudit. (yid/bal)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/25/time/002852/idnews/821501/idkanal/10

Friday, August 24, 2007

Selamat ulang tahun

Arabian:
Kul sana wa inta tayyiba

Brazil:
Parabens e muitas felicidades

China :
Sheng ri Kuai le

Dutch:
Van harte gefeliciteerd met je verjaardag

English:
Happy birthday

French:
Joyeux Anniversaire

German:
Alles Gute zum Geburtstag

Hawaiian:
Hau`oli la hanau

Italian:
Buon Compleanno

Indonesia:
Selamat Ulang Tahun

Japanese:
Otanjou-bi Omedetou Gozaimasu

Korean:
Saeng il chuk ha ham ni da

Latin:
Fortuna dies natalis

Thai:
Suk San Wan Keut

Philippines:
Maligayang Bati Sa Iyong Kaarawan

Sundanese:
Wilujeng Tepang Taun!

Norwegian :
Gratulerer med dagen

Malaysian:
Selamat Hari Jadi

Mongolian :
Torson odriin mend hurgee

Portuguese:
Feliz Aniversario.

PDIP Menanti Jawaban Mega

Soal Capres 2009

http://gatra.com/artikel.php?id=107169
Jakarta, 24 Agustus 2007 11:10
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berharap Ketua Umum partai itu Megawati Soekarnoputri segera memberi jawaban soal pencalonannya sebagai presiden pada pemilihan umum (pemilu) 2009.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Pramono Anung, di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jum`at (24/8), mengatakan, PDIP berharap Megawati dapat memberi jawaban pada rakernas yang akan digelar PDIP di Jakarta, awal September 2007.

"Kami tentu berharap Ibu Mega segera memberi jawaban. Karena makin tidak segera jawaban itu (diberikan --Red), maka akan mengganggu konsolidasi partai juga," ujarnya.

Seluruh kader PDIP di semua daerah, lanjut Pramono, sudah sepakat dan bulat mengajukan Megawati sebagai calon presiden untuk pemilu 2009.

Rakernas, menurut Pramono, akan dihadiri oleh 1.800 peserta yang terdiri atas pengurus PDIP di tingkat provinsi dan kabupaten. Acara rakernas akan ditutup dengan rakornas pada 10 September 2007 di PRJ Kemayoran, Jakarta, yang akan dihadiri oleh 14.800 peserta.

"Pesertanya bukan massa. Tapi kader seluruh kepala daerah, anggota legislatif dari PDIP, seluruh ketua pengurus tingkat provinsi dan kabupaten, sampai ketua tingkat kecamatan. Acara seperti ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh partai politik di Indonesia," papar Pramono.

Ia juga mengatakan, acara yang akan dibuka Megawati sebagai Ketua Umum Partai itu merupakan konsolidasi yang dilakukan oleh PDIP.

Megawati, diharapkan dapat melihat konsolidasi dan kekuatan partai untuk menghadapi pemilu 2009, sehingga tidak ragu lagi untuk memberi jawaban pada Rakernas.

Sebagai partai oposisi, Pramono mengklaim, kader PDIP justru mendominasi kepala daerah tingkat provinsi dan kabupaten.

Di tingkat provinsi, jelas dia, kader PDIP yang menjadi kepala daerah sebanyak 19 persen, sedangkan tingkat kabupaten sebanyak 43 persen.

"Itulah uniknya. Kalau turun ke daerah, di tingkat kabupaten terlihat PDIP mendominasi," ujarnya.

Kondisi itu, menurut Pramono, menambah kepercayaan diri PDIP menghadapi pemilu 2009.

"Terlihat juga dari seringnya kader yang didukung PDIP memenangkan pilkada," imbuhnya. [EL, Ant]

Thursday, August 23, 2007

Anwar: Keuangan BP Migas Ibarat Neraka Langit Ketujuh

Wahyu Daniel - detikfinance



Jakarta - Badan Pengawas Keuangan (BPK) menilai laporan BP Migas sangatlah buruk. Ketua BPK Anwar Nasution pun menyebutnya sebagai laporan keuangan 'neraka ketujuh'.

Hal tersebut disampaikan Ketua BPK Anwar Nasution usai rapat paripurna DPD di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (23/8/2007).

"Baru tadi dibicarakan, buruk sekali laporannya itu. Makanya itu diberikan advers. Advers itu merupakan audit yang paling jelek. Kalau neraka, itu lapisan ketujuh itu," ujar Anwar dengan nada tinggi.

Anwar mempertanyakan kenapa BP Migas tidak menyewa akuntan yang baik untuk mengaudit laporan keuangannya.

"Masa BP Migas kan punya anggaran di luar APBN dalam dolar yang dipungut dari kontraktor minyak itu. Masa enggak bisa sewa akuntan yang baik," ujar Anwar kesal.

Perhitungan cost recovery yang dilakukan BP Migas menurut Anwar kurang optimal bagi anggaran negara. Dan negara malah dirugikan karena harus membayar cost recovery yang tidak perlu.

"Pemerintah dapat apa? Itu kan garong namanya itu. Kalaupun pemerintah dapat 80 persen, tapi remah-remahnya saja. Itu kan namanya kurang ajar itu. Jadi kalau everything under the sun masuk ke dalam cost, ya sisanya tinggal sedikit lagi. Ya jadi 80 persen masuk pemerintah, 20 persen negara. Makanya itu enggak bener," ujarnya.

BP Migas menggunakan sistem akuntansi yang digunakan BPKP? "Justru BPKP itu yang bodoh," ujarnya.

BP Migas sudah mengirim surat untuk bertemu dengan BPK, sementara Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro sudah datang langsung ke BPK.

"Beliau itu sangat positif dalam hal ini," ungkap Anwar. (ddn/qom)

Depag: Perceraian Terus Meningkat Akibat Poligami

2007-08-23 13:16:00

Gagah Wijoseno - detikcom

Jakarta - UU Perkawinan yang dinilai mempersulit poligami dituding penyebab suburnya perceraian. Namun kenyataannya, justru poligamilah penyebab keluarga berantakan.

Dalam sidang judicial review UU Nomor 1/1974 tentang Perkawinan di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (23/8/2007), Dirjen Bimas Islam Depag Nazaruddin Umar, membantah negara mempersulit orang berpoligami.

Upaya mempersulit dimaksud dengan cara pria yang berpoligami disyaratkan harus mendapat izin dari ketua pengadilan agama setempat.

Menurutnya, pengadilan agama selama ini sudah mengeluarkan banyak izin bagi pria yang memenuhi syarat.

Pada tahun 2004, pengadilan agama telah mengeluarkan 809 izin dari 1.016 permohonan. Tahun 2005, izin yang dikeluarkan tercatat 803 dari 989 permohonan. Sedangkan tahun 2006, izin yang dikeluarkan tercatat 776 dari 1.148 permohonan.

Dia juga membantah pemerintah menyuburkan perceraian. Dia justru menyatakan, poligami adalah penyebab perceraian yang jumlahnya naik dari tahun ke tahun.

"Poligami justru menyengsarakan anak, menelantarkan keluarga," tegasnya.

Data pengadilan agama, kata dia, pada tahun 2004 angka perceraian yang disebabkan poligami sebanyak 813 kasus. Tahun 2005 jumlahnya naik menjadi 879 kasus, dan tahun 2006 menjadi 983 kasus.
(umi/asy)

http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/131622/idnews/820743/idkanal/10

Quraish Shihab: Poligami Bukan Ibadah Murni, Kayak Makan Saja

2007-08-23 12:52:00

Gagah Wijoseno - detikcom

Jakarta - Pemohon judicial review UU Perkawinan menilai UU itu melarang dirinya beribadah kepada Allah lewat poligami. Namun ahli fiqih Quraish Shihab punya pendapat sendiri.

Dalam permohonan judicial review-nya, M Insa, selaku pemohon, menganggap poligami bagian dari tuntutan Islam.

Namun, Quraish menilai poligami bukan ibadah murni. Poligami tidak ada bedanya dengan makan.

"Sama saja dengan dokter yang melarang makan demi kesehatan. Padahal kan makan itu juga hak asasi manusia, tapi tetap boleh dilakukan. Nah poligami sama dengan makan," kata mantan Menag itu saat menjawab pertanyaan majelis hakim Haryono dalam sidang judicial review UU Perkawinan di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (23/8/2007).

Dijelaskan Quraish, Al Quran bukan hanya buku hukum, tapi juga sumber hukum. Soal poligami, dia mengakui ulama masih berbeda pendapat. Namun hampir semua ulama sependapat, poligami diizinkan bagi yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Tujuan pernikahan, imbuh dia, membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warohmah. Sakinah artinya ketenangan yang didapatkan setelah seseorang mengalami suatu gejolak. Ketika orang sendiri, maka dia sering merasa asing.

"Nah perkawinan itu menemukan seseorang yang cocok, maka yang didapat adalah ketenangan. Ini berarti setiap usaha yang tidak menciptakan ketenangan, maka bertentangan dengan perkawinan," jelas dia.

Soal mawaddah yang berarti kosong, kata Quraish, maksudnya adalah kosongnya jiwa dari niat buruk pada pasangan. Dan yang kedua, tidak ingin ada yang lain selain pasangannya.

"Jadi masih ada perasaan ingin memiliki yang lain, maka itu tidak mawaddah," ujarnya.

Keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, kata dia, tetap bisa bertahan meskipun sang suami berpoligami. Asalkan, sang istri rela berkorban demi suaminya yang ingin berpoligami dengan alasan-alasan tertentu.
(umi/asy)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/125226/idnews/820718/idkanal/10

Dosen UIN: Mau Poligami, Cari Nenek-nenek Saja!

2007-08-23 12:32:00

Gagah Wijoseno - detikcom

Jakarta - Jumlah penduduk wanita Indonesia yang lebih banyak sering dijadikan alasan pria berpoligami. Tapi hal itu dibantah dosen UIN Syarif Hidayatullah, Huzaimah T Yanggo.

Jumlah penduduk pria dan wanita di Indonesia saat ini, katanya, sudah seimbang.

Bantahan Humaizah disampaikan saat menjadi saksi ahli dalam sidang judicial review UU Nomor 1/1974 tentang Perkawinan di Gedung MK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (23/8/2007).

"Penelitian BKKBN dan BPS menunjukkan jumlah laki-laki 50,2 persen dan jumlah perempuan saat ini 49,8 persen," kata dia.

Menurut Huzaimah, jumlah perempuan yang banyak justru berstatus janda dan nenek-nenek. Karena itu, dia menyarankan jika pria ingin berpoligami, maka carilah yang berstatus janda atau nenek.

"Makanya mau poligami itu cari nenek-nenek yang cantik!" cetusnya yang membuat 8 anggota majelis hakim yang dipimpin Laica Marzuki mesem-mesem.

Huzaimah menambahkan, pada dasarnya wanita lebih setia daripada pria. Dia lalu menyontohkan, dalam penelitiannya di Kompleks Dosen UIN, dari 60 janda yang ditinggal mati kebanyakan tetap memilih seorang diri. Kondisi sebaliknya terjadi pada pria yang ditinggal mati istrinya.

"Wanita janda yang ditinggal mati sedikit yang kawin lagi, berbeda dengan duda. Mereka banyak yang menikah lagi. Bahkan yang masih punya istri banyak yang menikah lagi," katanya. (umi/asy)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/123201/idnews/820701/idkanal/10

Bagir Sebut Polly Panik, Menuntut Balik Hanya Soal Waktu

2007-08-23 13:08:00

Muhammad Nur Hayid - detikcom

Jakarta - Ketua Mahkamah Agung (MA) Bagir Manan yang disebut 'orang kita' dalam novum peninjauan kembali (PK) kasus Munir, dianggap sebagai bentuk kepanikan Pollycarpus Budihari Priyanto.

Bagir mengindikasikan akan menuntut balik terkait 'ocehan' mantan terdakwa pembunuh Munir.

"Itu bohong. Saya nggak kenal sama dia, dan nggak tahu apakah dia panik, atau tidak sehat," cetus Bagir usai rapat paripurna DPD di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (23/8/2007).

Menurut Bagir, dirinya tidak akan menggubris tudingan itu. Termasuk jika diminta untuk datang di pengadilan.

"Kenapa saya harus datang. Saya nggak ada urusan dengan dia," tukas Bagir.

Karena kasus ini sudah masuk di pengadilan, Bagir meminta agar sesedikit mungkin membuat pernyataan tentang orang lain.

Saat ditanya apakah akan menuntut terkait tudingan itu, dengan tegas Bagir menjawab, "Itu soal waktu. Tunggu saja nanti," tegasnya.

Sementara Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Syamsir Siregar pada kesempatan yang sama hanya berkata singkat ketika ditanya tentang perkembangan PK kasus Munir.

"Kita serahkan pada proses hukum," tuturnya. (nwk/sss)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/130849/idnews/820739/idkanal/10

DPRD Riau Siap Habiskan Rp 1,6 M Untuk Kunjungan ke LN

2007-08-23 12:42:00

Chaidir Anwar Tanjung - detikcom

Pekanbaru - Seluruh anggota DPRD berancang-ancang akan melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Anggaran yang disiapkan untuk kegiatan ini mencapai Rp 1,6 miliar.

Setidaknya ada lima negara yang bakal ditengok oleh 54 wakil rakyat ini. Salah satunya adalah Itali. Asyiknya lagi, para istri anggota dewan yang terhormat itu boleh turut serta.

Rencana kepergian ini dibenarkan Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Riau, Badrun A Saleh. Namun, sambung Saleh, ada hal yang cukup dilematis. Masyarakat terus memprotes rencana keberangkatan tersebut.

"Satu sisi, Mendagri sudah menyetuji anggaran sebanyak Rp 1,6 miliar. Kalau Mendagri tidak menyetujui anggaran itu, tentulah tidak ada rencana ke luar negeri. Tapi anehnya, dalam APBD kita Mendagri menyetujuinya," terang Badrun kepada detikcom, Kamis (23/8/2007) di gedung DPRD Riau, Jl Sudirman, Pekanbaru.

Anggaran Rp 1,6 miliar itu, digunakan untuk kunjungan kerja ke lima negara, yakni Jepang, Korea, China, Mesir dan Itali. Anggaran tersebut tidak termasuk biaya para istri anggota dewan.

"Yang dianggarkan hanya untuk anggota dewan saja, sedangkan istri menjadi tanggungan sendiri," terang Badrun.

Menurut Badrun, sampai saat ini belum ada kepastian mengenai jadwal keberangkatan anggota DPRD Riau tersebut. Dia juga mengaku masih mempertimbangkan akan ikut dalam acara itu atau tidak.

Namun sumber detikcom di DPRD Riau, mengatakan program kunjungan kerja ini belum tentu terlaksana. Sebab sesuai surat edaran Mendagri, untuk kunjungan penjabat ke luar negeri harus ada surat undangan dari negara yang bersangkutan.

"Sejauh ini, DPRD Riau belum menerima undangan dari ke lima negara tujuan tadi. Apa lagi, Mendagri juga belum mengeluarkan izin keberangkatan tersebut," tutur Badrun. (cha/djo)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/124249/idnews/820707/idkanal/10

Pejabat Banten ke Hawaii Melanggar Aturan


Rabu, 22 Agustus 2007 | 20:58 WIB

TEMPO Interaktif, Serang:
Kunjungan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah bersama tujuh orang pejabat Banten dinilai melanggar aturan. "Gubernur mengabaikan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 20 tahun 2005 yang mengatur pejabat daerah ke luar negeri," kata Direktur Aliansi Lembaga Penduli Publik (Alipp) Suhada, Rabu (22/8).

Para pejabat Banten yang mengiktu perjalan Gubernur yakni, Sekda Banten Hilman Nitiamidjadja, Kepala Biro Pemerintah Banten Syfafrudin, Kepala dan Kepala Biro Humas Eneng Nurcahyati. Selain itu, ikut juga Bupati Serang dan staf Ahli Bupati Serang.

Dia mengatakan, dalam peraturan menteri dalam negeri (Permendagri) nomor 20 tahun 2005 itu amat ketat mengatur pejabat ke luar negeri. Dalam Permendagari itu dijelaskan, kegiatan perjalanan ke luar negeri bagi pejabat hanya bisa dilakukan untuk pendidikan dan pelatihan, studi banding, seminar/lokakarya, konferensi atau sejenisnya, promosi potensi daerah, kerja sama daerah dengan luar negeri dan kunjungan persahabatan/kebudayaan.

Sedangkan perjalanan dinas yang berkaitan dengan pertemuan internasional dan perjanjian internasional perlu pertimbangan Menteri. "Saya ragu mereka mendapat izin mendagri untuk berkunjung ke Hawaii, kata Suhada.

Selain itu, lanjut Suhada, dalam pasal 9 Permendagri itu jelas ditegaskan perjalanan ke luar negeri secara rombongan tidak boleh lebih dari lima orang. "Sementara pejabat Provinsi Banten yang berangkat lebih dari tujuh orang. Jelas ini melanggar," katanya.

Kepala Biro Pemerintahan Pemerintah Provinsi Banten Syafrudin Ismail mengatakan, perjalanan para pejabat ke Hawaii remsi dibiayai oleh APBD perubahan Banten 2007 senilai Rp 490 juta. Anggaran ini diambil dari pos kegiatan fasilitasi kunjungan perjabat ke luar negeri yang ada di Biro Pemerintan.

"Jadi anggaran ada," kata Syafrudin. Dia mengatakan, rombongan pejabat yang akan berangkat ke Hawaii akan bertolak Kamis malam. Kunjungan ini dilakukan atas undangan pemerintah Hawaii melalui United State Agency for International Development (USAID)

Menurut Syafrudin, di Hawaii undangan akan mengikuti Simposium Internasional tentang Early Warning System (EWS) Tsunami. Kunjungan ini juga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya, antara Gubernur Hawaii dengan Gubernur Banten Ratu Atut di Pendopo Pemprov Banten, beberapa waktu lalu.

DPRD Banten menilai pejabat yang ikut rombogan gubernur ke Hawaii ini tidak berkopenten untuk mengurusi tsunami karena pejabat yang ikut bukan dari lembaga teknis yang terbiasa mengatasi bencana alam dan tsunami.

Yusak Oppusunggu , staf bagian basic human service United State Agency for International Development (USAID) mengatakan, pihaknya hanya mengundang tiga orang dari kantor gubernur Banten dan satu orang dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMG). Mereka adalah Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sekretaris Daerah Banten Hilman Nitiamidjaja, Bupati Serang Ahmad Taufik dan Executive Secretary BMG Pusat Andi Eka Sakya.

Selain empat orang tadi, USAID tidak menanggung biayanya. Undangan pemerintah Hawai ini, terkait dengan program program Indian Ocean Tsunami Warning System yang dijalankan di lima negara; Sri Lanka, India, Thailand, Maladewa dan Indonesia. Yusak mengaku tidak mengetahui detail acara kunjungan ini.


Faidil Akbar | Muhammad Nur Rochmi

Inilah Percakapan Pollycarpus dan Indra Setiawan

2007-08-23 06:00:00

Inilah Percakapan Pollycarpus dan Indra Setiawan

Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Rekaman percakapan antara Pollycarpus dan mantan Dirut Garuda Indonesia Indonesia Indra Setiawan diputar di sidang PK Munir di PN Jakarta Pusat Rabu 22 Agustus 2007. Isi percakapan mantan bos dan anak buahnya itu mencengangkan orang yang mendengarnya.

Beberapa nama seperti Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan dan mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh disebut-sebut dalam pembicaraan panjang di telpon itu.

Inilah rekaman pembicaraan Polly (P) dan Indra (I):

P: Halo (mengangkat telpon)

I: Saya ganti nomor

P: Oh ya baik-baik, Pak

I: Bagaimana, baik?

P: Oh, ini sudah rapat, sudah saya sampaikan mengenai kemarin yang dia katakan. Dia bilang tenang saja itu tidak ada. Dia bilang gitu.

I: Aku kan takut, otak saya beberapa hari muter terus, otak saya muter terus dari kemarin, dari beberapa hari ini mikirin kejadian-kejadian.

P: Iya.

I: Dan itu DO kita ambil, dia kan ngasih rekomendasi buat BIN. Waktu itu kan Bapak Ari yang disitu di ruangan saya duduk di situ, di ruangan meja itu, tahu sendiri itu kan berkasnya masih ada di situ. Saya kuatir dia ngelihat surat dari A. Nah, kenapa dia mau lihat iyakan? Terus, karena abis itu saya keluar ruangan saya, ada kamu di luar ruangan sebentar, dia kan ada di ruangan saya. Nah itu yang saya inginkan adalah ketiga nama ini dianya, diem aja buat saya, iyakan. Kita jangan yang setiap..Kita kan tau, kan orang beritanya macem-macem. Dia mau iniin soal inilah, saya ingin sekali dia keluar dari ruang saya bilang begitu. Surat dari A itu ada disitu. Nah itu yang saya. Jadi ingatkan si dia sama heru, yang kita puter semua jejak kita ketemu di Sahid, yang di rumah Wira, dan segala macemnya,
itu. Yang disebutkan satu lagi yang diposin itu, surat penugasan. Surat penugasan itu apa dilihat, ada tasnya yang juga ngelihat, kalau sekarang kan orang sudah mau pada ngerjain orang kan sekarang.

P: Bapak nggak usah takut itu, karena waktu itu Pak Rudi sendiri, DO yang lama sendiri juga mengatakan pada saya, itu dibuat yang baik,
tolong itu buat laporan ke saya sekarang juga. Karena sudah saya buat ke DO ke OS semua sudah, terus dia bilang, ini tolong nanti, ini bagus sekali, ini bagus dan tolong bantu kami. Waktu itu saya disuruh membantu beliau-beliau juga, Pak Rudi, Pak Gogot dan sebagainya, dia respek sekali, kemudian wah ini langkah kamu ini bagus sekali Pol, dia bilang gitu.

P: Katanya kamu berani untuk menyarankan untuk pers sperti ini,
seperti ini, karena waktu itu laporan saya mencontoh si ini sama track record itu saya ada, saya tahu untuk itu.

I: Oke..Iya..

P: Pak, kemudian, tolong Pol, ini kalau laporan hanya ceknya saja,
orangnya ndak usah karena ini laporan ini laporan sekali. Jadi track
record-tarack record itu nanti juga akan kita tampung, termasuk
laporan-laporan you. Kemudian itu untuk nanti bahan simulator. Untuk
simulator, nanti dan MU itu akan ditrader lagi mengenai pucuk
pimpinan dan untuk bagaimana kinerja perusahaan ini lebih efektif gitu.

I: Iya

P: Kemudian juga dibantu, itu yang, jaman dulu itu kan Pak Rudi sama Pak Robi musuhan sama Ari Sapari (Dir Ops PT GI). Pak Ari Sapari kan cuman demo-demo melulu gitu loh..

I: Kalau itunya sih oke nggak apa-apa Pol. Cuma yang diijinkan kan, sikon kayak gini kok ada yang ngerjain saya, segala macem. Dibuat-buat, diedarkan BIN ke meja saya. Saya baru inget, itu lho, itu..

P: tapi Pak, itu juga sudah saya sampaikan, insya Allah besok saya ketemu, saya manggil Bu Asmini ya.

I: Siapa, siapa, siapa?

P: Ibu Asmini aja, Ibu Asmini. Saya ketemu Ibu Asmini besok. Kalau tadi sudah per telepon, melalui orang Ditbangko (?) juga,

I: Siapa dia?

P: Letnan dua angakatan laut, itu ajudannya dia. Ajudannya Bu Asmini.

I: Hm iya

P: Dia bilang, itu tenang aja, itu barang-barang itu sudah nggak ada
semua, yang ditempat saya juga nggak ada. Kemudian yang di tempat Pak
Indra kalau sudah nggak ada ya sudah aman.

I: I..iya, saya juga nggak ada, makanya, saya hanya khawatir kalau pada proses itu ada di foto kopi. Nah, itu yang saya khawatir.

P: Oh,oh, nggak, kalau punya Bapak, sudah disita ya sudah, sudah habis.

I: Bukan, bukan..

P: Oh, yang di tempat Bapak maksudnya.

I: Iya, iya, barang saya itu. Gitu loh. Kalau saya sih bukan per jam,
memang suratnya tuh hilang gitu lho.

P: Tapi bapak tau, detailnya nggak?

I: Ya, saya nggak tahu itu siapa, ya kalau bisa sih saya tahu. Anu saya kan ada di tas. Tasnya, waktu itu kan mobilnya dijebol orang. Orang ambil duitnya kali, dibuang-buang semua, mungkin nggak ada apa-apa. Lha, terus satu lagi yang akhirnya M pergi kemana?

P: Oh udah ilang. Yang didengerin itu orang kita semua. (Sedikit tertawa) Itu nggak ada itu.

I: Artinya, surat itu dibikin disana? Dikirim disana?

P: Nggak, nggak, nggak dikirim.

I: Itu rangkaian yang kita ketemu di Sahid.

P: Nggak ada, hanya beberapa.

I: Ada orang mungkin. Waktu di BUMN itu, ada yang memberitahu nggak?

P: Waktu di BUMN itu hanya pemberitahuan aja.

I: Nah, itu kemarin ada yang bilang, kemarin gara-gara kalah tender dia cari-cari segala macem.. karena dia lihat, batinnya, ah itu bos gue gak bikin halus segala macem, dan dia niat ngelukain, kemudian begitu kejadian.

P: Yang itu, mohon maaf, itu aman itu. Kalau bapak bisa tahu identitasnya, nanti bapak bisa ini..

I: Anak anjing, ingatan dulu orang-orang sekilas begitu
aja Pol. Itu aja. Yang aku bilang ma kamu Pol, kekhawatiran, itu tidak tahu menahu ada surat dari Pan kemudian dikenalin saya kan?

P: Oh, itu juga paham saya. Tadi itu juga sudah saya sampaikan.

I: Kayaknya kita dikasih waktu untuk bertemu di sana, itu segala macem. Trus Pak..pernah bilang nggak kalau saya ketemu di Shang rila.

P: Oh, nggak pernah. Sama saya nggak pernah

I: Nggak pernah ya. Kan ketemu hanya mengingatkan saja, Pak suratnya
gimana. Oh sudah oke. Bilang gitu.

P: Iya, nggak pernah bilang sama dia.

I: Ah, kebetulan, itu ketemu kebetulan gitu loh.

P: Tapi, dia pernah ngadu sama ajudan bilang bapak itu tidak
akan datang.

I: Di Kejagung, mengenai apa? Makanya Pol, makanya gini saya bilang
sama you, bagaimana ini kalau seandainya polisi temu gitu lho.

P: Oh iya, itu baiknya sangat tidak mungkin, karena bapak ini sama seperti saya. Pak.. Saya ini sebenarnya ndak bisa masuk ke dalem, saya ini hanya untuk borok bagaimana supaya Indonesia tidak diembargo. Begitu embargo satu saja saya keluar. Kalau bapak ini hanya untuk politik. Tapi ya, sekarang ini sudah mulai nasionalisme, nasionalisme, sudah bingung, sudah dibanting-banting lagi. Karena saya nggak mau, tapi mereka melihat, karena persaingan. Anak ini tegas, anak ini tegar, anak ini dikeroyok, lha tapi ini bagus ini, tapi saya ndak mau..

I : Nah, sekarang gini, artinya juga Pak Ardiman lihat saya,
mulainya dari situ. Lha sekarang giliran saya kayak begini, apa sih, coba?

P: Itu dia tetep tidak mau muncul, tapi asal bapak tau, Pak Bagir Manan itu orang kita Pak.

I: Apa? Halo?

P: Ketua MA sama wakilnya itu orang kita Pak. Nanti bapak itu pura-puranya dikejar untuk supaya novum ke saya. Nantinya, tapi kalau itu dipaksakan itu putus di atas.

I: Iya, ya. Saya nggak ngerti, soal hukum gimana, saya juga nggak ngerti. Saya cuma jalanin yang sekarang ini aja.

P: Dan hukum itu nggak ada, nggak bakal ada. Bapak ini hanya dicari untuk mengejar saya dan itu sebenarnya hanya permainan politik supaya SBY ini tidak diubek-ubek sama LSM. Karena SBY ini jadi presiden dari LSM-LSM. Saya sudah ketemu Hary Tjan, Hary Tjan itu yang punya CSIS. Itu orangnya Ali Murtopo, jadi ini hanya permainan aja.

I: Nggak, Pol, itu permainan-permainan yang di sana, tapi aku kan gimana? Aku kan gak ikut-ikut.

P: Iya, Bapak itu cuma, saya itu juga gitu Pak, jadi ini kan 60 hari,
jadi bapak itu 60 hari maksimum. Ini sudah mendekati. Makanya polisi ini di dalam itu terpecah belah Pak. Ada yang ambisi untuk naik pangkat, ada yang ambisi yang pengen jadi Kapolwil-lah. Pengen jadi apa itu berusaha mati-matian. Tapi nggak ada data. Nah dia itu sudah pusing karena sudah mendekati 60 hari. Nah padahal, kalau mau dimajukan ke P 21 ke kejaksaan itu adalah 14 hari kerja. 60 itu dikurangi 14 hari kerja, ini sudah hampir habis. Kalau berkas Bapak dimajukan nanti ditolak sama jaksa. Kalau dimajukan, ditolak, ditolak, lama-lama nggak bisa kan. Nah, bapak keluar ini bebas, demi hukum. Gitu. Jadi yang ngalamin seperti bapak ini bukan bapak sendiri, termasuk saya, karena saya kira nggak ada data kok, yang nggak ada sangkut pautnya.

I: Artinya kalau itu dengan kata-kata dengan segala macem tidak ada
datanya kan..

P: Nah, bayangkan Pak, gak boleh ditengok. Apanya yang nggak boleh
ditengok Pak. Nah ini nanti saya tulis dalam buku, dalam buku saya
beberkan semua.

I: Iya..iya, jangan sampai saya bener-bener jadi..

P: Saya ini kenapa nggak kerja Pak? Saya ini nggak mau kerja. Saya ini mendampingi Bapak dari luar. Saya itu kalau malem keliling tempat bapak Pak. Saya duduk di luar, liat, trus berangkat pagi..

I: Dimana di Mabes?

P: Ini di belakang itu kan ada warung. Di belakang Mabes itu kan ada
warung. Iya, itu saya sama istri saya, kita masuk nggak ya? Ah , jangan dulu ah, nggak enak. Tapi banyak petugas-petugas itu temen saya. Oh ya, ini kan Oki, Bapak inget sama Oki Telon. Oki, Oki.. Katanya mau negok bapak itu.

I: Oh itu Oki yang ada di luar ya..

P: Iya yang orang bule itu, dia mau nengok bapak, boleh nanti kalau ada ini yang orang Polres itu, yang gemuk kalau masih ada. Dulu sekolah perwira sih, kalau balik situ itu baik sekali.

I: Yang saya minta itu data awalnya itu, tidak ada orang yang melihat
kalau kita ketemu, dengan suratnya A, terus ada EO, itu aja.

P: Oke baik, kalau begitu saya ketemu Pak Rudi saja, kita datangi..
Pokonya saya datangi Pak Dirut, nanti agenda saya besok itu bertemu Bu Asmini sama Pak Rudi juga besok saya telpon. Ya, jangan inilah..Tapi Pak Rudi di sidang ini kok tidak dengar sama Bapak sih.

I: Makanya, saya disidang, itu pada diem semua kan?

P: Iya, tapi yang jelas pak, kalau memang itu Pak Rudi sudah cerita atau apa itu sudah pasti dari dulu. Nah, sekarang,

I: Nah sekarang lagi situasi kayak gini bisa-bisa situasi berubah, kayak nggak ngerti orang-orang

P: Nggak-nggak mungkin Pak, nggak berani dia. Kalau dia itu tidak
mengatakan apa-apa, ternyata di dalam penyidikan itu nggak ada bukti, dia bisa kena saksi palsu itu. Dan itu lebih berat itu. Seandainya toh dia akan ngomong saya akan lawan. Itu kan ketemu pimpinan saya, Pak Dirut itu pimpinan saya, apapun terjadi dia adalah bapak saya, pimpinan saya. Saya nggak pernah kok , nganggap surat, itu kan habis dia. Habis. Itu bukan habis sama saya saja. Sama, ini apa, pejabat Negara ini hampir 90 persen mihak sama kita Pak. Makanya kan diem, nggak bicara banyak gitu lho.

I: itu aja, setiap malam ini saya tahajud, saya sholat segala macem, saya minta mencari yang terbaik.

P: Dan itu, salam dari Abah, bapak tenang aja. Ini hanya sebentar saja, katanya bilang gitu.

I: Abah mana nih?

P: Abah dari Banten.

I: Oh, yang itu, iya..

P: Nah, itu sampai sekarang bilang sama saya. Nah, kalau perlu nanti
bolehlah sama bapak disitu nanti. Oh baik sekali itu, saya juga dibantu sama beliau itu . Oh itu dia liat bisa kok. Pak Polly nanti gimana? Saya dulu itu sudah hampir 700 hari Pak, nanti Jumat keluar. Bener lho Pak, Jumat keluar saya.

I: Terus saya gimana, Pol? Saya keluar kapan?

P: Ah nanti juga saya tanyain. Tadi saya cross ceck, tadi kan saya sudah ke Jawa Timur ke Petilasannya Raden Wijaya sama Majapahit, itu dari patih Gajah Mada itu masih leluhur saya. Dia bilang ini hanya sebentar aja ini, terang semuanya, begitu.

I: Saya tidak tahu menahu segala macem, jadi saya nggak mau kebawa-bawa dong.

P: Justru itulah, kalau bapak menyampaikan ke penyidik saya ini tidak
tahu menahu dan sebagainya itu, penyidik itu pinter Pak. Ini saya buka lagi, sekali lagi Pak. Bapak punya BAP, dikasih ke saya tapi BAP
buatannya, itu pramuka (polisi). Itu segala macem dia bikin saya seolah begini-begini, begini, saya tutupi itu . Kemudian BAP-nya Yeti itu BAP bohong. Ini buktinya, Yeti ngomong, ini mengaku bahwa kamu ke dapur begini begini, padahal saya ndak pernah. Itu bohong. Nanti dalam buku saya, saya ungkap. Itu kebobrokannya pramuka itu. Kemudian saya diadu oleh siapa lagi ya, nggak ada. Saya mau dibawain 4 miliar Pak. Dia bilang gini, Pak Anton Karmiang. Dia bilang gini, udahlah, di sana itu urusan ntul aja bisa ngomong. Lalu saya bilang gini, lho, jangankan urusan Ntul, disini tembok saja bisa ngomong, kalau bapak bohong. Bapak kan mengadu saya. Oh, marah dia pak, dia marah. Marah saya berdiri, takut dia Pak. Nah, ini wah yang penipu ya di dalam itu.

I: Saya kuatir segala macem, kalau begini kan aku nggak mau nih..Saya
sudah tiap hari minta petunjuk sama Tuhan mana yang terbaik. Segala macem, cuman saya pikir ini kan juga demi negara ya.

P: Iya, tapi bapak sabar, nanti kalau bapak ijinkan saya tengok, saya
tengok Pak. Kalau bapak ijinkan saya ke sana pak. Saya kalau ke sana, malam minggu atau hari minggu Pak.

I: Itu si Asad ini dia bilang nggak mau muncul dia.

P: Dia di bawah tangan. Dia main di bawah, dia main di bawah. Terus begini Pak, saya kan takut mengakatakan ya Pak ya, kira-kira Bapak di dalam itu perlu apa? Mengenai kamar-kamar itu?

I: Oh, nggak, nggak sudah cukup, saya sih sudah cukup. Nggak apa, gitu aja.

P: Oh, baik Pak. Iya pak. Pokoknya mereka itu sudah wanti-wanti sama saya, kita ini semua bekerja bahkan sampai di pucuk atas. Kita semua kerja Pol, kamu nggak usah takut.

I: Itu dulu inget nggak lagi sebelum kita ke DPR, iya kan saya ada sebelum ke DPR , saya dipanggil, itu ada Ibu Atik.

P: Oh iya

I: Saya pikir dia main.

P: oh, nggak, nggak, dia nggak. Tapi anyway itu, Bagir dan, makanya kenapa kok Petruk itu diganti. Saya nyebutnya Petruk ya, si siapa Abdulrachman. Itu diganti, itu yang ngganti itu orang kita. Yang ngganti orang kita itu Pak. Trus Bagir itu orang kita. Gitu lho. Jadi ini hanya lelaku saja, tapi biasanya tuh, jam kita itu jam 12 bukan jam 6. Jam 6 itu artinya kita di bawah nih, bagi orang-orang, tapi mental saya tetep jam 12. Gitu pak, jadi mohon konsisten saja, tidak ada apa-apa itu Pak.

I: Saya sih mana yang terbaik yang saya harus ambil di depan Allah.

P: Tapi gini Pak, pokoknya itu pramuka itu nggak kenal tuhan kalau saya bilang

I: Bukan itu, ini tentang diri saya kok, untuk diri saya segala macem, bukan suatu tuntutan.

P: Tapi kuncinya semua itu di sabar kok Pak, sedikit lagi Pak. Ini 60
hari itu nggak lama kok Pak. Bapak sudah jalan April Mei kan. Ini kan Juni sudah hampir selesai. Ini kan katanya katanya akhir Mei, mana, nggak ada apa-apa.

I: Saya mau gimana, nih

P: Itu nanti ditolak Pak. Justru Bapak sabar, semakin nggak ada BAP,
semakin nggak ada pengiriman ke Kejaksaan, bapak akan keluar. Itu,
kuncinya di situ. Tapi kalau you ngirim berkas ke kejaksaan dan itu juga ditolak-tolak. Nggak mungkin orang berani nyidangkan tanpa, kecuali saya ya.. Saya juga memang untuk bemper, kalau bapak sih jauh, jauh. Percayalah.

I: Saya kan berpegangan pada pendapat itu, saya ngasih penugasan sama
you, kasusnya saya nggak tau.

P: Betul itu sudah selesai itu

I: Artinya sama sekali saya nggak disalahin

P: Betul, betul, nggiih Pak. Kalau boleh saya merapat ke tempat Bapak, Pak. Atau nanti Bapak telpon dulu

I: Jangan deh, jangan deh , lagi situasi kayak gini.

P: O, gitu Pak. Baik, Pak. Terima kasih pak. Sabar ya Pak ya.

I: Iya, ya. (ken/ken)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/23/time/060013/idnews/820495/idkanal/10

Wednesday, August 22, 2007

Bernhard Jadi 'Pesakitan' pada Sidang Lexie

2007-08-22 19:26:00

Erna Mardiana - detikcom

Bandung - Jawabannya yang berbelit-belit dan bertentangan dengan BAP saksi-saksi lain, Kabid Administrasi Kemahasiswaan IPDN Bernhard Rondonuwu, yang sedianya diperiksa sebagai saksi malah seperti pesakitan. Bahkan Bernhard pun diancam oleh tim kuasa hukum Lexie M Giroth, karena dianggap memberikan keterangan palsu.

Tidak hanya oleh kuasa hukum Lexie, Bernhard pun dicecar oleh JPU. Bernhard dimintai keterangan sebagai saksi di PN Bandung, Jalan RE Martadinata, Rabu (22/8/2007).

Bernhard yang mengenakan kemeja biru tampak gelisah duduk di kursi saksi. Kadua kakinya tidak mau diam. Wajahnya memucat sesaat setelah salah seorang tim kuasa hukum Lexie melontarkan ancaman dengan pasal 242 KUHP tentang keterangan palsu.

"Saya ingatkan, agar saudara saksi memberikan keterangan sebenar-benarnya di persidangan. Anda sudah disumpah. Jadi tolong berikan keterangan yang sebenar-benarnya," ujar salah seorang tim kuasa hukum Lexie dengan nada tinggi.

Tidak hanya itu saja. Sebelumnya Joni Aluwi, salah satu tim kuasa hukum Lexie, bahkan dengan keras dan lantang menyatakan jika kesaksian Bernhard tidak jujur dan direkayasa. "Maaf majelis hakim, hati nurani saya mengatakan jika saksi ini tidak jujur. Kesaksiannya semua merupakan rekayasa. Anda ini sekarang seperti terdakwa saja, padahal anda ini saksi," ujarnya dengan mata tajam mengarah Bernhard.

Selain kuasa hukum Lexie, sebelumnya tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) pun sempat mengingatkan hal yang sama. Bahkan, Ketua Tim JPU, Happy Hadiastuti sempat terlihat kesal dengan jawaban Bernhard yang sering tidak berkaitan dengan pertanyaan JPU.

Dalam sidang yang dipimpin Majelis Hakim Kresna Menon, Bernhard menjadi saksi kedua setelah pengasuh IPDN, Yorry Rommy . Layaknya seorang terdakwa, dia dicecar sejumlah pertanyaan seputar keterlibatannya dalam kasus kematian Cliff Muntu, baik oleh JPU maupun kuasa hukum Lexie. Bahkan JPU sempat mengkonfrontir kesaksian Bernhard dengan keterangan saksi-saksi lainnya, termasuk mantan Kabag Pengasuhan Ilhami Bisri.

"Pada kesaksian sebelumnya, Pak Ilhami Bisri mengatakan bahwa saudara saksi meminta agar jenazah Cliff Muntu langsung dibawa Yayasan Bumi Baru. Kalau ketahuan polisi dan wartawan, nanti repot. Yang ingin saya tanyakan, apa maksud saudara saksi memberikan saran tersebut kepada Ilhami Bisri. Selain itu, kenapa saudara khawatir akan ketahuan wartawan dan polisi," tanya Ketua Tim JPU, Happy Hadiastuti.

Mendengar pertanyaan JPU, Bernhard berkilah bahwa ia hanya memberi saran kepada Ilhami Bisri agar membawa langsung jenazah Cliff Muntu ke Bumi Baru karena akan dibawa ke Manado. Bernhard sendiri membantah pernah mengungkapkan kekhawatirannya terhadap wartawan dan polisi.

Dalam persidangan tersebut terungkap fakta baru, yaitu isi SMS yang dikirimkan Bernhard kepada unsur di IPDN. Isi pesan berbunyi: "Perintah Rektor: yang memberikan penjelasan hanya kabagsuh. Semua hasil RIK sebab meninggal karena sakit lever. Untuk autopsi harus izin orangtua. Jika polisi maksa, diatur seperti kasus Rifan Ibo."

"Maksud SMS itu adalah agar kita bersikap pasif, seperti saat menangani kasus Rifan Ibo.
Tidak ada maksud lain," ujar Bernhard menjelaskan isi SMS-nya.

Penjelasan Bernhard mengenai isi SMS tersebut kontan membuat JPU bereaksi. Happy Hadiastuti kembali mencecar Bernhard mengenai makna dari kalimat 'jika polisi maksa, diatur seperti kasus Rifan Ibo'. Happy bahkan menanyakan kembali maksud kalimat tersebut kepada Bernhard. Namun, Bernhard bersikukuh menjawab bahwa maksud kalimat itu adalah IPDN bersikap pasif.

Dalam keterangannya, peristiwa Rifan Ibo terjadi pada 2005 lalu. Rifan meninggal akibat minum baygon dan obat malaria. Menurut Bernhard, saat pihak kepolisian mengusut kasus Rifan, lembaga bersikap pasif.

Kasus Rifan Ibo adalah salah satu kasus yang diungkap Dosen Inu Kencana beberapa waktu lalu, saat kasus Cliff Muntu mencuat. Inu menduga Rifan tidak keracunan, namun mengalami overdosis. (ern/asy)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/192617/idnews/820441/idkanal/10


Saksi: Munir, Polly, Si Gondrong Duduk Semeja di Coffee Bean

2007-08-22 12:37:00

Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Saat berada di Bandara Changi, Singapura, Munir terlihat duduk semeja dengan Pollycarpus Budihari Priyanto dan sesorang berambut panjang.

Demikian kesaksian yang disampaikan Asrini Utami Putri, penumpang Garuda GA 974 dengan rute Jakarta - Singapura - Amsterdam dalam sidang PK Munir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Gadjah Mada, Jakarta, Rabu (22/8/2007).

Asrini mengaku tidak kenal dengan Polly. Mahasiswi Indonesia di Jerman ini juga mengaku sudah pernah dimintai keterangannya pada tahun 2005.

Asrini yang mengenakan blus putih ini menuturkan, dirinya saat itu duduk di kursi pesawat dengan nomor 2J.

"Polly duduk di belakang saya. Polly penumpang di kelas satu, duduknya di sebelah Munir," kata perempuan berkulit putih dan berambut seleher ini.

Setelah transit di Singapura, Asrini kembali melihat Polly di Coffee Bean saat dirinya hendak berjalan kembali ke Gate 42.

Saat mendengar kesaksian Asrini ini, istri Munir yakni Suciwati yang hadir dalam ruang sidang mengenakan kaos merah bergambar dan bertuliskan 'Munir' berujar, "Keren, keren."

Polly saat itu pakai baju apa? tanya majelis hakim yang dipimpin Andriani Nurdin. "Kemeja putih dan celana gelap," sahut Asrini.

"Dari Coffee Bean ke Gate 42 tidak terlalu jauh. Saya jalan-jalan di Changi sekitar 40 menit. Saya melihat Polly dari samping sebelah kanan, melihat Munir dengan jelas, setelah itu saya mengitari. Mereka sedang duduk-duduk di Coffee Bean," tutur Asrini.

Ada orang lain? tanya hakim. "Saya tidak tahu. Tapi ada orang rambutnya panjang duduk satu meja dengan mereka. Saya melihat dari jarak 2-3 meter sekitar 10 detik. Saat itu saya dalam perjalanan hendak kembali ke Gate 42," kata Asrini. (sss/umi)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/123730/idnews/820216/idkanal/10

Agen Ucok Pernah Jadi Wartawan dan Aktif di PRD

2007-08-22 12:25:00


Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Agen Badan Intelijen Negara (BIN) bernama Raden Muhammad Patma Anwar alias Ucok alias AA alias Empe membantah pernah aktif di Kontras. Dia hanya aktif di Partai Rakyat Demokratik (PRD).

"Tidak, saya aktifnya di PRD, tidak pernah di Kontras," kata Ucok dalam sidang PK kasus Munir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Gajah Mada, Rabu (22/8/2007).

Ucok menjelaskan, dia menjadi anggota BIN yang dulunya bernama Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), diangkat seseorang bernama Ali.

"Awalnya, saya disuruh mencari bukti-bukti kegiatan LSM dan penggalangan dananya," kata Ucok.

Sebelum menjadi agen di BAKIN, dia mengaku berprofesi sebagai wartawan. "Saya dulu wartawan di majalah Misteri," ujarnya menjawab pertanyaan ketua majelis hakim Andriani Nurdin.

Pria yang mengenakan safari warna kuning ini mengaku tidak mengenal Munir, namun dia mengetahui siapa aktivis HAM itu. "Saya tahunya Munir dari kegiatan di YLBHI. Tahunya dari orang sekeliling," ujarnya.

Dia pun mengaku tidak pernah membikin proposal untuk sesuatu yang dia istilahkan 'mengkondisikan' Munir. Perintah itu dia peroleh dari atasannya yang bernama Sentot.

"Saya tahu Sentot itu anggota BAKIN, saya lihat kartu anggota," jelas Ucok yang mengaku lupa kapan diberhentikan dari anggota BAKIN.
(fiq/umi)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/122556/idnews/820200/idkanal/10

Ucok Agen Spesialis Pemantau LSM

2007-08-22 12:29:00

Indra Subagja - detikcom

Jakarta - Raden Muhammad Patma Anwar alias Ucok mengaku sebagai agen BIN golongan IIIC. Pria kelahiran 1972 dan bertempat tinggal di Depok ini ternyata bergabung dengan BIN sejak tahun 2000 lalu.

"Saya diajak almarhum Pak Arie J Kumaat untuk memonitor NGO seperti Imparsial, Kontras, dan PRD dan mengawasi bagaimana mereka mencari dana dan berhubungan dengan luar negeri," kata Ucok dalam kesaksiannya di PN Jakpus, Jl Gajah Mada, Jakpus, Rabu (22/8/2007).

Ucok mengaku aktif di BIN (dahulu Bakin) sejak tahun 2000. "Saya mendapat surat tugas dan gaji dari pak Arie. Surat tugas saya juga sudah saya serahkan ke penyidik Polri," imbuh dia.

Kala bertugas, Ucok pun dilengkapi dengan 2 pucuk pistol jenis Colt 38 dan Colt 32. "Pistolnya sudah saya serahkan ke Pak Arie," tegasnya.

Khusus Munir, Ucok pun mengaku dirinya pernah diminta mengawasi aktivitas aktivis HAM tersebut. "Apa yang sering dilakukannya, apa makanan kesukaannya, saya awasi," jelas Ucok.

Dia pun menceritakan sejak tahun 1996 dirinya sudah mendekati Munir yang kala itu aktif di YLBHI. "Saya dahulu wartawan, jadi sering meliput," jelasnya.

Saat bertugas, berbagai laporan hasil monitornya ke LSM disampaikan ke atasannya, Sentot Waluyo sebagai pengendali. Hingga akhirnya pada Desember 2005, Ucok nonaktif dari BIN dan senjata pun diserahkan kembali kepada Arie. (ndr/asy)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/122937/idnews/820208/idkanal/10

Kesaksian Ucok: Saya Lihat Polly di BIN dalam Jarak 5 Meter

2007-08-22 11:57:00

Indra Subagja - detikcom

Jakarta - Raden Muhammad Patma Anwar alias Ucok alias AA alias Mpe bersaksi. Dalam keterangannya, dia mengaku melihat mantan terdakwa pembunuh Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto sedang berada di parkiran BIN.

"Dalam jarak 5 meter saya melihat Polly sedang keluar dari sedan hitam," kata Ucok di PN Jakpus, Jl Gadjah Mada, Rabu (22/8/2007).

Saat itu terjadi, Ucok mengingatnya pada Juni 2004, kala sedang mengendarai motor bersama pengendalinya di BIN, Sentot Waluyo. Kala itu mereka berkendara dengan pelan di parkiran BIN.

Dia pun sempat bertanya kepada atasannya, Sentot. "Sentot menjawab, itu orang-orang Garuda," kata Ucok mengutip jawaban Sentot.

Ucok mengaku mengenali Polly dari pemberitaan di media massa. "Saya baru tahu itu Polly," tandasnya.

Ucok tampak santai saat bersaksi. Dengan bersafari warna kuning, agen BIN ini beberapa kali tampak lupa dengan isi keterangan yang pernah disampaikannya pada Juni 2005 lalu di Mabes Polri. (ndr/sss)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/115753/idnews/820174/idkanal/10

Rekaman: Polly Jadi Bemper, Siap Jaga Indra Setiawan

2007-08-22 11:43:00

Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Rekaman pembicaraan mantan terdakwa pembunuh aktivis HAM Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto, dengan mantan Dirut PT Garuda Indonesia Indra Setiawan diputar di sidang. Saat mendengar rekaman, Polly tak henti-hentinya geleng-geleng kepala.

Rekaman itu diputar JPU yang dikoordinir oleh Poltak Manulang sebagai novum dalam peninjauan kembali (PK) Munir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jl Gadjah Mada, Jakarta, Rabu (22/8/2007).

Dalam rekaman tersebut, suara mirip Polly meminta Indra untuk tenang. "Pokoknya bapak tenang saja. Saya kan yang dijadikan bemper, kalau bapak itu kan jauh. Ini hanya permainan politis saja," cetusnya.

Suara mirip Indra pun menjawab. "Permainan politis sih permainan politis, tapi saya gimana," ujarnya dengan nada khawatir.

Suara mirip Polly pun terus berusaha meyakinkan Indra agar tenang. "Saya akan jaga Bapak dari luar," imbuhnya.

"Dari luar mana," cecar suara mirip Indra.

"Di belakang Mabes itu kan ada warung. Saya kan selalu keliling situ setiap malam sama istri saya. Saya merapat nggak? Apa perlu ditengokin?" tanya suara mirip Polly.

"Nggak usahlah, keadaan sudah seperti ini," tukas suara mirip Indra.

Suara mirip Polly lebih banyak berbicara. Dia mengatakan, sempat pergi ke petilasan Raden Wijaya di Jawa Timur dan bertemu dengan Gajah Mada. Gajah Mada mengatakan kepada dia, gelapnya hanya sebentar dan tak lama lagi akan terang.

Dia juga menyampaikan, kesaksian pramugari Garuda Yetti Susmiarti dalam berita acara pemeriksaan (BAP) bohong. "Yetti kan bilang saya pergi ke dapur, padahal saya tidak pernah. Orang pramuka itu bohong semua," cetusnya. Tidak diketahui apa maksud kata 'pramuka' itu.

Dalam percakapan itu, memang banyak ditemukan kata-kata sandi. Misalnya saja seperti kalimat berikut: "Setelah ini, kita berada di angka 12, bukan jam 6. Walaupun sekarang sedang jam 6, tapi semangat saya tetap jam 12," ujar suara mirip Polly.

Belum diketahui kapan percakapan yang dilakukan melalui sambungan telepon itu dilakukan. (nvt/sss)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/114333/idnews/820158/idkanal/10

Rekaman Percakapan Indra-Polly: 'Bagir Manan Orang Kita'

2007-08-22 11:20:00

Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Kaset rekaman diputar di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Rekaman pembicaraan mantan terdakwa pembunuh aktivis HAM Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto dengan mantan Dirut PT Garuda Indonesia Indra Setiawan merupakan salah satu novum yang diajukan.

Begitu sidang PKM Ksus Munir dibuka oleh ketua majelis hakim Andriani Nurdin di Gedung PN Jakpus, Jl Gadjah Mada, Jakarta, Rabu (22/8/2007), pukul 09.50 WIB, JPU yang dikoordinir Poltak Manulang langsung memutar rekaman kaset.

"Hallo...." terdengar suara sapaan seseorang setelah bunyi nada sambung telepon. Tak lama, terdengarlah percakapan antara suara mirip Polly dengan suara mirip Indra.

Dalam rekaman tersebut, suara mirip Polly menuturkan, orang-orang di BUMN adalah orang-orang mereka. Sayangnya, suara mirip Polly tidak membeberkan siapakah yang dimaksud dengan 'kita' itu. Beberapa pejabat juga diklaim sebagai 'orang kita', seperti Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan.

"Di BUMN itu orang-orang kita semua. Pak Indra jangan khawatir. Nanti bapak dibuat seakan-akan membuat novum. Tenang saja, karena orang-orang MA, Ketua dan Wakil Ketua MA itu orang-orang kita juga. Ini dilakukan supaya SBY tidak diubek-ubek LSM," ujar suara mirip Polly.

Disampaikan dia, orang-orang di kepolisian kini tengah terbelah. Sebab, di antara polisi itu ada yang berambisi mau naik pangkat jadi kapolwil dan lain sebagainya.

"Pejabat negara itu, 90 persen memihak kepada kita, makanya kan diam tidak ada yang menjawab. Abdul Rahman Saleh (mantan Jaksa Agung) itu kalau saya bilang petruk (tokoh wayang), itu yang ngganti (pengganti Abdul Rahman adalah Hendarman) orang kita juga. Bagir itu orang kita," tutur suara mirip Polly.

Mendengar rekaman tersebut, Polly yang dibalut kemeja putih bergaris-garis biru hanya geleng-geleng kepala. "Kacau, kacau," ujar dia lirih.

Belum diketahui kapan percakapan yang dilakukan melalui sambungan telepon itu dilakukan. (nvt/sss)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/22/time/112011/idnews/820134/idkanal/10

Tuesday, August 21, 2007

Harta Koruptor Dapat Langsung Dirampas Untuk Negara

2007-08-21 18:42:00

Arry Anggadha - detikcom


Jakarta - Terdakwa yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi hartanya akan langsung dirampas untuk negara. Rumusan ini saat ini sedang digodok tim perumus draf RUU Tipikor versi pemerintah.

"Jika selama dia menjabat hartanya ada kenaikan drastis, maka hartanya akan langsung disita untuk negara. Tidak ada banding maupun kasasi," kata Ketua Tim Perumus, Andi Hamzah saat dihubungi detikcom, Selasa (21/8/2007).

Bagi terdakwa yang tidak terbukti korupsi, lanjut Andi, maka kasusnya akan menjadi perdata. Sehingga harta yang didapat terdakwa selama menjabat dapat segera disita.

"Aturannya tidak seperti kasus Soeharto. Jadi, jika jaksa maupun terdakwa tidak dapat membuktikan harta tersebut maka akan diserahkan kepada hakim untuk melakukan penetapan terhadap harta tersebut," paparnya.

Selain itu, rancangan ini juga akan mengatur harta bagi koruptor yang meninggal pada saat menjalani hukumannya. "Kalau terbukti hartanya dibeli melalui uang korupsi, maka otomatis hartanya dapat dirampas negara," ujarnya.

Rancangan ini, lanjut Andi, sedang dibahas bersama dengan negara-negara yang telah mengatur aturan perampasan harta. "Kita sedang membahasnya dalam seminar di Bali sekarang. Setelah seminar ini, saya akan langsung kumpulkan tim untuk membahas dalam draf yang akan diajukan ke DPR secepatnya itu," tuturnya. (ary/gah)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/21/time/184223/idnews/819886/idkanal/10

FPG: Interpelasi Lapindo Gagal, Ini yang Terbaik

Muhammad Nur Hayid - detikcom

Jakarta - DPR gagal menyepakati usulan interpelasi Lapindo dalam rapat paripurna. Ketua FPG Priyo Budi Santoso menilai hal ini merupakan hasil terbaik.

"Ini yang terbaik dengan mengefektifkan tim pengawas, jadi biar tim bekerja dulu baru kita evaluasi," kata Priyo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2007).

Menurut Priyo, interpelasi tidak akan menyelesaikan permasalahan akibat luapan lumpur yang sudah ada selama ini. Karena interpelasi cuma meminta jawaban dari presiden.

"Setelah pertanyaan dijawab presiden, sudah selesai. Sementara penanganan persoalan Lapindo tidak selesai dalam satu dua hari," cetus Priyo.

Untuk itu, Priyo meminta semua pihak membiarkan tim pengawas yang dibentuk bekerja terlebih dulu. "Jika dalam waktu 3 bulan tim pengawas DPR menemukan hasil yang belum signifikan dalam penanganan Lapindo, baru usul interpelasi dilakukan," ujarnya.

Sementara Ketua FPDIP Tjahjo Kumolo mengaku dapat memahami hasil paripurna yang menggagalkan interpelasi Lapindo. "Ya kita kasih kesempatan dulu kepada tim untuk melihat hasil penanganan," tukas Tjahjo.

Tanggapan berbeda dilontarkan anggota FKB Ario Widjanarko. Dia mengaku sangat kecewa dengan hasil paripurna dan menilai DPR telah menyakiti hati ribuan warga Sidoarjo yang menjadi korban lumpur.

"Saya hanya bisa bersedih. Usaha sudah kita lakukan, tapi keputusannya begini, biar rakyat yang menilai," kata anggota DPR dari daerah pemilihan Surabaya itu. (bal/sss)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/21/time/162523/idnews/819796/idkanal/10

Roger, Roger, Intel Sudah Terkepung

Edisi. 26/XXXIIIIII/20 - 26 Agustus 2007
Laporan Utama

Roger, Roger, Intel Sudah Terkepung

Sidang peninjauan kembali kasus Munir bakal menyeret petinggi Badan Intelijen Negara (BIN). Polisi akan menghadirkan sejumlah saksi kunci yang memastikan keterlibatan lembaga spion itu. Di depan hakim, para saksi berencana membeberkan pelbagai skenario untuk melenyapkan sang aktivis. Pelan-pelan keping demi keping misteri itu terkumpul. Tapi bisakah puzzle raksasa itu akhirnya utuh dan sang dalang diseret masuk bui?

DUA pria itu berbeda latar belakang. Yang satu mantan direktur utama sebuah perusahaan milik negara, yang lain bekas aktivis yang mengaku pernah jadi fotografer. Datang dari ”gunung” dan ”laut”, keduanya pada Kamis pekan lalu bertemu dalam ”belanga” bernama Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Di ruang tunggu lantai III mahkamah itu mereka dikelilingi enam polisi berpakaian safari dengan senapan M-16 terhunus: dua menjaga pintu, dua berdiri di tengah ruangan, dan dua lainnya mengawasi tangga. Puluhan anggota Satuan Tugas Antiteror bersiaga di luar ruang.

Pria pertama adalah Indra Setiawan, mantan Direktur Utama Garuda Indonesia. Di usia 56 tahun, wajahnya segar dan badannya tetap tegap meski sejak April lalu ditahan di Markas Besar Polri. Yang lainnya, pria gering 35 tahun, bernama Raden Muhammad Patma Anwar alias Ucok. Kepada polisi, ia mengaku sebagai agen muda Badan Intelijen Negara (BIN).

Sidang peninjauan kembali perkara pembunuhan aktivis Munir, yang digelar satu lantai di bawah ruang tunggu itu, rencananya bakal mempertemukan Indra dan Ucok dalam satu panggung. Keduanya sama-sama menyebut peran BIN dalam operasi pelenyapan Munir, 7 September tiga tahun silam. Sayang, menjelang makan siang, hakim menskors sidang atas permintaan tim pembela. Di bawah kawalan ketat polisi, keduanya digelandang meninggalkan mahkamah.

Pengakuan keduanya menjadi dasar Kejaksaan Agung mengajukan peninjauan kembali atas perkara ini. Sebelumnya, Oktober tahun lalu, Mahkamah Agung membebaskan Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot senior Garuda terdakwa kasus ini, dari hukuman 14 tahun yang dijatuhkan pengadilan di bawahnya.

l l l

JULI 2004, dua bulan sebelum Munir mangkat. Di Restoran Bengawan Solo di lantai dasar Hotel Sahid, Jakarta, Indra Setiawan yang baru saja bertemu dengan beberapa kolega bergegas menuju meja Pollycarpus. Keduanya lalu bersalaman. Ia punya janji bertemu dengan sang pilot yang dikenalnya sejak 2003 itu. ”Ia meminta waktu kepada saya untuk membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan operasi penerbangan,” kata Indra kepada penyidik, 4 Juni lalu, seperti ditirukan sumber Tempo.

Setelah berbasa-basi sejenak, Pollycarpus memaparkan pelbagai kelemahan operasi penerbangan Garuda. Menurut Indra, Pollycarpus, misalnya, menyebutkan banyaknya penumpang yang menghilangkan paspor agar bisa mencari suaka ke negara lain. Pollycarpus juga menyebut adanya penumpang gelap tanpa tiket serta awak pesawat yang kerap menyelundupkan barang terlarang.

Pollycarpus, masih menurut Indra kepada polisi, menyatakan bersedia membantu menangani masalah itu. Lalu ia menyodorkan amplop tertutup kepada Indra. Isinya surat berkop dan distempel Badan Intelijen Negara, berklasifikasi rahasia, yang ditujukan kepada Direktur Utama Garuda itu.

Menurut Indra, surat itu ditandatangani oleh M. As’ad, Wakil Kepala BIN, dan ditembuskan ke Kementerian BUMN. Di situ tertulis, Garuda merupakan perusahaan yang vital dan strategis sehingga keamanannya perlu ditingkatkan. ”Untuk itu, Pak As’ad meminta agar Pollycarpus ikut diberi tugas sebagai aviation security,” kata Indra kepada polisi.

Kepada Tempo, Pollycarpus membantah adanya pertemuan itu. ”Pilot dan direktur utama itu jaraknya sangat jauh, tak gampang saya bertemu Pak Indra. Apalagi bertemu di Hotel Sahid, bukan di kantor,” ujarnya. Pertentangan bos dan anak buah ini membuat Mohammad Assegaf mundur dari posisinya sebagai pengacara Indra. Kini ia hanya mendampingi Pollycarpus.

Adapun pada 11 Agustus 2004 Indra mengeluarkan surat penugasan kepada Pollycarpus untuk menjadi staf perbantuan di unit corporate security. Ada empat tugas yang diberikan kepada Pollycarpus, antara lain memberikan rekomendasi solusi atas berbagai masalah, khususnya yang berkaitan dengan keamanan penerbangan dan urusan internal Garuda. Penugasan ini di luar kelaziman Garuda, karena diberikan tanpa melibatkan bagian personalia.

Berdasarkan surat itu, Pollycarpus mengubah jadwal penerbangan pada 6 September 2004. Semula ia dijadwalkan terbang ke Peking, Cina, pada tanggal itu, namun pindah ke penerbangan Garuda 974 menuju Singapura. Pesawat inilah yang ditumpangi Munir dalam perjalanannya menuju Amsterdam, Belanda. Di atas pesawat, Pollycarpus menawarkan tempat duduk eksekutif miliknya kepada Munir yang bertiket ekonomi.

Polisi menuduh Pollycarpus memindahkan Munir ke kursi eksekutif agar sang aktivis bisa cepat turun ketika transit di Bandara Changi, Singapura. Dengan begitu, tersedia waktu lebih panjang untuk mengakhiri hidup Munir. Jika tetap di kursi kelas ekonomi, penumpang butuh 10-15 menit untuk keluar pesawat.

Di pengadilan, Pollycarpus mengaku segera menuju Hotel Novotel Apollo bersama awak lainnya setelah pesawat mendarat di Changi. Tapi, seperti tertulis dalam memori peninjauan kembali, ada dua saksi yang melihat ia tetap berada di ruang transit bersama Munir. Mereka adalah Asrini Utami Putri, mahasiswi Indonesia di Jerman penumpang kursi 2J, dan Raymond ”Ongen” Latuihamallo, pemusik yang duduk di kursi 50H.

Kepada polisi, Asrini mengatakan melihat Pollycarpus, Munir, dan Ongen di Coffee Bean. Mereka duduk menghadap ruang merokok dan money changer. Adapun Ongen menyatakan melihat Pollycarpus meninggalkan tempat pemesanan sambil membawa dua gelas minuman. Setelah itu, menurut Ongen, Pollycarpus dan Munir berbincang-bincang sambil minum.

Keterangan Asrini dan Ongen itu juga dijadikan bukti baru oleh kejaksaan untuk menjerat Pollycarpus. Jamuan di Coffee Bean itu diduga sebagai saat masuknya racun arsenik ke tubuh Munir. Itu sebabnya, setengah jam kemudian, ketika pesawat hendak lepas landas menuju Amsterdam, ia mulai merasa mual.

Di ketinggian 40 ribu kaki di langit Rumania, tujuh jam setelah pesawat mengudara, Munir tergolek di lantai beralaskan selimut. Dari bibirnya keluar air liur tak berbusa. Telapak tangannya dingin dan membiru. Malaikat menjemput ketika ia jauh di angkasa.

l l l

TELEPON Raden Patma berdering pada 7 September 2004 sore. Seorang aktivis mengabarkan bahwa Munir tewas di dalam pesawat Garuda. Ia segera meneruskan kabar ini ke Sentot Waluyo, seorang agen muda BIN, yang dijawab rekannya itu, ”Biarin Munir meninggal.”

”Ruang kerja Pak Sentot di Gedung K Direktorat 22 lantai 2, dekat toilet, dekat dengan kandang rusa. Saya sering membuat laporan di tempat kerjanya,” kata Raden alias Ucok kepada polisi, seperti disampaikan sumber Tempo. Ia berusaha meyakinkan polisi bahwa dirinya benar-benar mengenal lingkungan BIN.

Ucok tak kaget atas kematian Munir. Kepada polisi, ia mengaku sudah terlibat sebelumnya dengan rencana pembunuhan Munir. Caranya, dengan pengamatan dan monitor, meneror, menyantet, dan meracun. ”Munir harus dibunuh sebelum pemilihan presiden karena membahayakan,” tuturnya, seperti tertulis dalam berita acara pemeriksaan polisi.

Operasi itu, menurut Ucok, melibatkan antara lain Manunggal Maladi, Deputi Kepala BIN Urusan Penyelidikan Dalam Negeri, dan Wahyu Saronto, Deputi Urusan Kontra-Intelijen. Ia bahkan mengatakan pernah bersama-sama Wahyu Saronto dan Sentot mencari rumah paranormal Ki Gendeng Pamungkas di Baranangsiang, Bogor. ”Tapi tidak bertemu,” katanya. Kepada Koran Tempo, Februari 2005, Manunggal membenarkan mengenal Sentot dan Ucok. ”Sentot memang anak buah saya. Tapi secara kelembagaan baik saya maupun Sentot tidak berencana melenyapkan Munir. Ucok hanya informan dari Sentot. Pada 2003, dia pernah berniat mengganggu Munir. Tapi Sentot melarangnya,” kata Manunggal. Adapun Wahyu Saronto tak bisa dikontak untuk dimintai konfirmasi.

Kepala BIN Syamsir Siregar membantah pengakuan Ucok. ”Ia bukan orang BIN. Tangkap saja dia, bikin cerita saja,” ujarnya menegaskan. Abdullah Makhmud Hendropriyono, Kepala BIN pada September 2004, juga menyangkal. ”Santet-menyantet tidak ada dalam kultur kami,” ujarnya.

Nama Ucok dan Sentot sebenarnya sudah muncul dalam pembicaraan internal tim pencari fakta (TPF) kasus Munir, sebuah badan yang didirikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menuntaskan misteri itu. Syahdan, seorang pensiunan jenderal yang kini jadi petinggi negara membocorkan kepada TPF empat skenario yang disiapkan intelijen untuk membunuh Munir. Keempatnya adalah meracun, menyantet, menabrak, mengebom aktivis itu. Sayangnya, ”Kami tidak dapat mengidentifikasi secara konkret skenario itu, termasuk orang-orang yang disebut terlibat,” kata Asmara Nababan, wakil ketua tim pencari fakta. Apalagi saat itu polisi masih ”ogah-ogahan” menuntaskan kasus Munir. Walhasil, nama-nama baru itu lenyap begitu saja.

Sumber Tempo di BIN menyebutkan, Ucok direkrut oleh Sentot yang waktu itu KAUP I BIN. Tapi, menurut sumber itu, kredibilitas Ucok diragukan karena beberapa kali mengusulkan operasi palsu kepada atasannya. Untuk menangkis pengakuan Ucok, BIN kabarnya akan mengirimkan kesaksian tertulis Sentot kepada polisi. Di mana Sentot sekarang berada? Tak jelas. Seorang sumber mengabarkan Sentot kini bertugas di Gunung Kidul, Yogyakarta. Tapi pelacakan Tempo di kawasan itu hanya menemui jalan buntu. Adapun Ucok, yang ditemui di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menolak berkomentar. Ia mengunci bibir ketika Tempo melempar pertanyaan.

l l l

INDRA Setiawan mulai panik dua bulan setelah kematian Munir, ketika sang aktivis dipastikan tewas karena racun arsenik. Kepada Pollycarpus, ia mengatakan ingin bertemu dan berkenalan dengan M. As’ad. ”Baik, Pak, nanti saya hubungi dan mintakan waktu untuk Pak Indra agar bisa bertemu,” kata Polly seperti dikutipkan Indra kepada polisi.

Beberapa hari setelah itu, Pollycarpus mengabarkan bahwa Indra akan diterima di kantor BIN, Pejaten Timur, Jakarta Selatan. Di markas spion itu, Indra mengaku ditemui seseorang yang belakangan ia ketahui sebagai Muchdi Purwoprandjono, Deputi Kepala BIN Urusan Penggalangan. Baru beberapa saat kemudian As’ad ikut bergabung.

Indra mengatakan sebenarnya ingin menanyakan kepada As’ad soal surat penugasan untuk Pollycarpus. Tapi, karena ada Muchdi, ia membatalkan niatnya. ”Saya tidak kenal dengan beliau, jadi saya tidak menyinggung surat untuk Pollycarpus itu,” kata Indra menjelaskan.

Setelah diperiksa polisi sebagai saksi pada awal 2005, Indra menyatakan pernah menghubungi As’ad. Ia bertanya, ”Pak, kok jadi begini? Garuda dibawa-bawa.” Menurut Indra, As’ad menjawab, ”Nggak apa-apa, tenang saja. Pak Indra nggak usah khawatir, nanti bisa diselesaikan.”

Kepada polisi, Indra mengatakan juga pernah menghubungi As’ad menanyakan arsip surat yang dikirim kepadanya. Pertanyaan itu dijawab As’ad dengan janji untuk mengecek. Beberapa hari kemudian, ketika bertemu di Hotel Shangri-La, Jakarta, As’ad memastikan kepada Indra bahwa arsip surat soal Polly sudah dimusnahkan.

Indra juga mengaku beberapa kali menelepon Muchdi—ketika para pejabat Garuda diperiksa, tatkala Pollycarpus ditahan, dan sewaktu Pollycarpus dituntut hukuman seumur hidup. Menurut Indra, semuanya dijawab Muchdi dengan kalem, ”Nggak apa-apa, nanti bisa selesai, Pak Indra.”

Di mana surat rahasia dari As’ad kepada Indra Setiawan itu disimpan? Menurut Indra, surat itu ikut raib pada saat mobil BMW-nya dibobol maling di Hotel Sahid, Jumat 31 Desember 2004. Ia mengatakan, surat itu disimpan di dalam tas, ditumpuk dengan aneka tagihan, majalah, alat tulis, juga tongkat pendek dan batu-batuan.

Diterima Indra dari Pollycarpus di Hotel Sahid, surat itu hilang di hotel yang sama. Hotel bintang lima itu memang tempat favorit Indra untuk menerima koleganya. ”Ia datang ke tempat itu dua-tiga kali dalam sepekan,” kata Antawirya J. Dipodiputro, pengacaranya.

Seorang anggota satuan pengamanan Hotel Sahid yang bertugas pada tanggal itu membenarkan adanya pencurian. ”Saya langsung menghubungi Polsek Tanah Abang, karena itu tindakan kriminal. Selain polisi, petugas keamanan dari Garuda yang dihubungi Pak Indra kemudian juga datang,” katanya kepada Tempo.

Sayang, Tempo belum berhasil memperoleh konfirmasi dari As’ad dan Muchdi. Telepon keduanya tak diangkat ketika dikontak. Orang-orang yang dikenal dekat dengan mereka pun tak bersedia menghubungkan Tempo dengan keduanya. Suara bantahan datang dari M. Luthfie Hakim, penasihat hukum Muchdi P.R. ”Dari Pak Muchdi saya dengar bahwa pertemuan itu tidak pernah ada,” katanya. Kepala BIN Syamsir Siregar bersuara lebih nyaring. ”Surat dari Pak As’ad itu tidak ada. Masak, kami berani memerintahkan (direktur utama) BUMN,” katanya.

Kesaksian Indra dan Ucok yang menjadi senjata andalan jaksa dipastikan akan mendapat tangkisan dari para pejabat BIN dan pengacara Pollycarpus di pengadilan. Untuk sementara, mereka juga akan terus dikelilingi beberapa lelaki dengan M-16 terhunus.

Budi Setyarso