Tuesday, August 14, 2007

Cara Foke Menambang Suara

Disokong 20 partai politik, dana yang besar, dan persiapan yang matang, Fauzi Bowo menang dalam pemilihan Gubernur DKI.

RUANG tamu itu terasa pengap, bahkan seperti pasar malam. Orang-orang terus berdatangan. Di bangunan besar di Jalan Diponegoro 43, Jakarta Pusat itu piring dan sendok berdentingan. Di halaman tersaji soto bangkong, siomai, dan sop buntut.

Lima jam setelah pemungutan suara untuk memilih gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta ditutup pada 13.00, Rabu pekan lalu, suasana kemenangan memenuhi tempat itu. Mereka berjabat tangan dengan erat. ”Kita menang...,” sebagian di antara mereka memekik.

Luapan kemenangan pecah ketika Fauzi dan istrinya, Ny. Sri Hartati, tiba. Orang-orang di tempat itu bergegas memberinya ucapan selamat. Sebagian mencium tangan wakil gubernur pemerintahan Sutiyoso itu. Sebagian lainnya meneriakkan ”Hidup Bang Kumis.”

Para tamu sudah menunggu. Yang pertama dari Majelis Ulama Indonesia. Mereka bersalam pipi, lalu berdoa bersama. Berikutnya rombongan Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi), yang datang berarak-arak dengan puluhan mobil dan sepeda motor.

”Kami datang dengan 47 sepeda motor, Bang, khusus untuk memberikan selamat,” kata seorang pengurus Forkabi kepada Fauzi Bowo. Mayjen Nachrowi Ramli, Kepala Lembaga Sandi Negara yang menjadi Ketua Dewan Penasihat Forkabi, menimpali, ”Iyalah, ini kan presiden-nye Jakarta.” Semua tergelak. Fauzi menjawab, ”Alhamdulillah.”

Meski penghitungan masih dilakukan Komisi Pemilihan Umum DKI, Fauzi, yang berpasangan dengan Mayjen Prijanto, mantan Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat, malam itu sudah yakin menang. Berdasarkan hasil penghitungan cepat oleh berbagai lembaga survei, termasuk Lingkaran Survei Indonesia yang disewa tim ini sebagai konsultan, mereka mengungguli kandidat Adang Daradjatun-Dani Anwar.

Suasana kemenangan juga memenuhi Fauzi Bowo Center, markas tim Fauzi-Prijanto lainnya di Jalan Diponegoro 63, Jakarta Pusat. Para petinggi partai pendukung pasangan ini berdatangan ke sana. Rentetan letusan petasan dan salawat badar pun terdengar ketika Fauzi—akrab dipanggil dengan Foke—datang pada Rabu petang.

Menurut hasil penghitungan cepat lembaga survei, suara untuk Fauzi berkisar 56-58 persen. Adang Daradjatun, yang hanya didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera, meraup 42-44 persen. Adapun total suara 20 partai pendukung Fauzi—dari partai besar seperti PDIP dan Golkar hingga partai kecil seperti Partai Merdeka—adalah 75,9 persen.

l l l

BERBAGAI hal dilakukan kubu Fauzi untuk menang. Menurut beberapa anggota tim, kubu mereka memiliki beban psikologis karena didukung 20 partai. ”Kami tak mau kalah oleh calon yang didukung hanya oleh satu partai,” kata seorang anggota tim.

Fauzi-Prijanto didukung partai besar seperti Golkar, PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Demokrat. Selain itu juga oleh partai alit yang tidak memiliki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah seperti Partai Merdeka, Partai Indonesia Baru, dan Partai Demokrasi Kebangsaan.

Untuk menyatukan partai yang beraneka warna itu, tim Fauzi tak jarang memakai idiom-idiom yang menjadikan PKS sebagai ”musuh bersama”. Mereka, misalnya, biasa bergurau: ”Coblos yang berkumis atau berjenggot selamanya.” Sebagian anggota PKS memang memelihara janggut.

Fauzi menggandeng Fortune PR, perusahaan konsultan komunikasi pimpinan Miranty Abidin, untuk ”menyatukan” 20 partai itu. Perusahaan inilah yang meramu slogan resmi pasangan Fauzi-Prijanto, ”Jakarta untuk Semua”. Perusahaan itu juga yang menggarap beberapa organisasi massa pendukung Fauzi, seperti Forkabi.

Hotline Advertising juga digandeng untuk memermak penampilan Fauzi Bowo. Perusahaan inilah yang menangani urusan kampanye Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden 2004. ”Kami bertanggung jawab untuk mengamankan citra Bang Fauzi,” kata Subiakto Priosoedarsono, Presiden Direktur Hotline, kepada Tempo (lihat Tukang Permak Dua Kandidat).

Sejak awal, Fauzi juga memakai Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny J.A. sebagai konsultan. Lembaga ini memasang iklan hasil survei yang menunjukkan keunggulan Fauzi, beberapa hari menjelang pemungutan suara.

Kubu Fauzi kadang-kadang juga ”dibantu” perangkat desa. Di wilayah Jakarta Selatan, misalnya, sejumlah ketua dewan kelurahan menugasi ketua RT anggotanya supaya merekrut sukarelawan pendukung Fauzi. ”Setiap ketua RT diminta mengirim lima orang,” kata seorang ketua RT di Pasar Minggu.

Dana kampanye Fauzi-Prijanto pun berukuran jumbo. Menurut laporan mereka kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah Jakarta, pasangan ini memakai Rp 46,8 miliar untuk kampanye. Jumlah ini separuh lebih sedikit dibandingkan dana yang dipakai pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla untuk kampanye putaran pertama pemilihan presiden 2004, yaitu Rp 70,2 miliar.

Dengan berbagai usaha itu, Fauzi-Prijanto mengungguli Adang-Dani di semua 44 kecamatan se-DKI kecuali Tanah Abang. Ini adalah kecamatan tempat Dani Anwar bermukim.

l l l

BEBERAPA saat setelah kertas suara di berbagai tempat dihitung, para pendukung Adang tiba di rumah mantan Wakil Kapolri itu di Jalan Raya Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan. Wajah mereka lesu. ”Kelurahan gua babak belur,” seorang relawan dari Gandaria Selatan berkata. ”Ternyata di sana basis Forkabi.”

Suara yang sama muncul dari rekannya. ”Jebol di TPS gua. Gua sampai diledekin sama anak-anak tanggung, ’Mana benderanya, Mas...?’ Capek deh,” ia menggerutu.

Semua orang di kubu Adang sibuk dengan telepon seluler masing-masing. ”Gimana Gandaria?” ”Gimana Marunda?” Satu demi satu laporan kekalahan masuk. Jaka Badranaya, juru bicara kelompok pendukung Adang, Relawan Oranye, sibuk menghibur kawan-kawannya.

”Tenang, kalau di TPS elu kalah 150 suara, itu sudah ketutup sama suara lebih di TPS Cipete,” katanya sambil mencoret-coret kertas, menghitung perkiraan perolehan suara. ”Nih, lihat, di TPS yang menang, selisih kita jauh di atas. Di TPS yang kalah, kita kalah tipis. Artinya suaranya nanti kalau ditotal bakal tipis.”

Kepala mereka semakin tertekuk ketika Metro TV mulai menyiarkan hasil penghitungan cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI). Wajah Adang terlihat tegang. Lima menit, sepuluh menit pertama, hasil perhitungan cepat terus berubah. Tapi persentase suara Adang tak pernah melebihi Fauzi. Saat jeda iklan, Adang masuk kamar.

Menjelang sore, layar datar televisi di rumah Adang berpindah saluran ke SCTV. Terlihat siaran hasil penghitungan cepat kubu PKS di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta. Rumah Adang meledak oleh sorak sorai karena menurut tim PKS posisi Adang-Foke adalah 50:50. ”Tuh bener kan!” kata kerabat Adang. ”LSI sudah dibeli,” kata yang lain. Yel-yel Adang kembali bergelora.

Namun, semakin malam, harapan menang semakin hilang. Menjelang magrib, Adang menyatakan tidak masalah jika kalah. ”Saya kan kawan sepermainan Bang Fauzi,” katanya.

Beberapa saat kemudian, Adang membisikkan sesuatu kepada Irfan Wahid, salah satu konsultannya. Seorang anggota tim sukses lalu mengambil pengeras suara dan mengumumkan: ”Mohon rumah disterilkan. Pak Adang akan beraktivitas bersama keluarga dan koleganya.” Perlahan-lahan rumah yang sibuk sejak subuh itu sepi.

Pada Kamis pagi, Adang mengaku kalah. ”Selamat kepada Fauzi Bowo yang telah mendapat kemenangan. Kami akan mendukung penuh program benahi Jakarta,” katanya dalam konferensi pers bersama Dani Anwar dan Ketua PKS Jakarta, Triwisaksana.

l l l

Beberapa anggota tim Fauzi menganggap persentase kemenangan kubunya jauh di bawah target. ”Dengan dukungan 20 partai, mestinya kami memperoleh 70 persen atau minimal 65 persen suara,” kata Bernard Siregar, wakil ketua tim kampanye dari Partai Damai Sejahtera, salah satu partai penyokong Fauzi.

Seorang anggota tim bahkan menyatakan hasil pemilihan menunjukkan kemenangan Fauzi dan PKS, bukan Fauzi beserta 20 partai pendukungnya. ”Mereka mengambil semua pemilih berayun (swing voters),” katanya. Fauzi Bowo pun mengakui selisih suara kemenangannya tidak cukup besar.

Kemenangan Fauzi disambut gembira Gubernur Sutiyoso. ”Saya senang karena yang menang wakil saya sendiri,” katanya. ”Saya kira, untuk melanjutkan pembangunan, sambil merem pun Fauzi jadi,” kata Sutiyoso. Malam larut, petinggi partai pendukung Fauzi bertepuk tangan.

Budi Setyarso, Wahyu Dhyatmika, Reza Maulana

No comments: