Wednesday, August 15, 2007

Tan Malaka Masuk 7 Magnificent Revolusi Kemerdekaan RI

2007-08-15 12:07:00

Arfi Bambani Amri - detikcom

Jakarta - Meski sejarahnya dihitamkan, Ibrahim alias Datuk Tan Malaka diakui adalah 1 dari 7 magnificent tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namanya layak disejajarkan dengan Soekarno, M Hatta, Jenderal Sudirman, Sjahrir, Amir Syarifuddin dan Musso.

"Tan Malaka masuk 7 magnificent. Hal itu jika dilihat dari sepak terjang mereka sejak 1920-an sampai Indonesia merdeka," cetus Ketua Relawan Pejuang Demokrasi (Repdem) Budiman Sudjatmiko dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (15/8/2007).

Tan Malaka adalah orang yang berperan menggalang kesadaran rakyat melawan kolonialisme. Mulai dari membangun sekolah rakyat di Semarang tahun 1921, kemudian ikut dalam gerilya mempertahankan kemerdekaan antara 1945 sampai meninggal 1949.

"Sukarno juga begitu. Ketika kuliah di Bandung, dia sudah menulis 'Indonesia Menggugat'. Hatta di Belanda mendirikan Perhimpunana Indonesia," kata Budiman yang memimpin ormas underbouw PDIP itu.

Peran Amir Syarifuddin juga tak kalah hebat. Ketika gerakan rakyat diberangus oleh pemerintah kolonial Belanda pascapemberontakan 1926, Amir membangun Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). "Gerindo aktif menggalang aksi-aksi menentang kolonialisme," kata Budiman.

Sementara Musso merupakan salah satu pimpinan teras Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai partai pertama di Indonesia yang memproklamirkan perlawanan terhadap kolonialisme, Musso aktif menggalang solidaritas internasional.
"Musso berkeliling ke mana-mana, termasuk ke Moskow," kata Budiman.

Nah, Sjahrir adalah tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang juga besar perannya dalam kemerdekaan Indonesia. Sjahrir yang dekat dengan Hatta memiliki kemampuan diplomasi yang luar biasa, sehingga terlibat dalam setiap perjuangan diplomasi.

"Sementara Jenderal Sudirman adalah tentara yang paling dekat dengan gerakan kiri. Sudirman ikut dalam Persatuan Perjuangan ketika dibentuk di Purwokerto (tahun 1946 - red)," urai Budiman yang memiliki gelar master di bidang kajian Asia Timur itu.

"Nah, Tan Malaka adalah yang paling radikal dibanding yang lain. Dia less compromistic dengan kolonialisme," kata Budiman.

Menariknya, meski radikal, Tan Malaka yang lahir di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, itu tidak memiliki problem dengan gerakan Islam seperti yang dialami Musso dan Amir Syarifuddin. Hubungan Tan Malaka dengan tokoh-tokoh Islam sangat dekat, termasuk dengan ayahanda Gus Dur. "Tan Malaka itu less problematic dengan gerakan Islam," tandas Budiman. (aba/asy)

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/08/tgl/15/time/120704/idnews/817527/idkanal/10

No comments: