Monday, July 30, 2007

SBY Presiden Kedua Yang Serius Tanggapi Isu Keluarga

Muchus Budi R. - detikcom

Jakarta - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukanlah presiden pertama RI yang menanggapi persoalan isu keluarga secara serius. Presiden yang sebelumnya pernah melakukan adalah Soeharto. Persoalan yang menimpa Soeharto saat itu lebih serius, yaitu diisukan sebagai anak hasil hubungan gelap.

Presiden pertama RI, Soekarno, bukan sepi dari persoalan yang menyangkut urusan keluarga. Apalagi dia memang secara terbuka melakukan poligami. Pernikahan poligami pertamanya adalah dengan Hartini, saat itu direaksi keras oleh istri sah sebelumnya, Fatmawati, yang memilih pisah ranjang.

Para aktivis pembela hak-hak perempuan saat itu juga melakukan aksi-aksi menentang tindakan Soekarno melakukan poligami. Namun Soekarno mengganggap sepi penentangan itu. Bahkan di kemudian hari, dia mengambil istri-istri muda lainnya.

Presiden-presiden berikutnya juga digoyang dengan persoalan isu rumah tangga. Di awal reformasi, ketika namanya disebut-sebut sebagai yang paling kuat untuk menjadi presiden, Megawati juga sempat digoyang dengan persoalan keluarga.

Sebelum menikah dengan Taufiq Kiemas, Megawati memang pernah dua kali menikah. Pernikahan pertama dengan Fathurahman, seorang penerbang asal Solo yang hilang dalam sebuah kecelakaan pesawat dan hingga kini tidak diketahui nasibnya. Pernikahan kedua dengan seorang warga Mesir yang tidak bertahan lama.

Status pernikahannya dengan suami pertama yang hilang itulah yang sempat dihembuskan ke permukaan oleh lawan-lawan politik Mega. Disebutkan bahwa pernikahan keduanya kandas karena suami asal Mesir itu sadar bahwa saat itu status Mega masih istri sah Fathurrahman yang belum diketahui apakah sudah meninggal atau masih hidup.

Atas isu itu, Megawati tidak mereaksi. Dia memilih diam seperti sikap-sikap Megawati pada umumnya jika sedang diserang atau dipojokkan oleh opini. Isu itu lambat-laun menghilang begitu saja.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga digoyang oleh lawan-lawan politiknya yang menyebarkan sebuah foto seorang lelaki bercelana pendek memangku seorang perempuan. Wajah lelaki itu identik dengan Gus Dur, sedangkan si perempuan itu diakui oleh Aryanti Sitepu sebagai dirinya. Gus Dur juga membiarkan serangan itu tanpa memberikan tanggapan apa pun. Alasannya, semakin ditanggapi akan semakin menjadi isu yang dihembuskan untuk mendiskreditkannya.

Yang pernah melakukan reaksi serius atas isu seperti adalah presiden kedua, Soeharto. Saat itu, pada dekade 70-an, Soeharto melakukan klarifikasi dengan pertimbangan bahwa isu yang beredar berpotensi mencemarkan kehormatan keluarga, terutama ibunya.

Pertimbangan Soeharto saat itu memang masuk akal, karena isu yang berkembang menyebutkan bahwa dia anak hasil hubungan gelap antara ibunya, Soekirah, dengan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, raja Kasultanan Yogyakarta.

Sejumlah tetua yang menjadi saksi hidup dari desa asalnya di Argomulyo, Sedayu, Bantul, didatangkan ke Istana Negara untuk membuat kesaksian. Mereka kemudian diminta membeberkan secara gamblang silsilah keluarganya.

Termasuk yang saat itu diminta datang untuk mendengarkan paparan adalah Pak Besoet, penyiar senior RRI Yogyakarta yang pernah mengangkat isu tersebut dalam sebuah rubrik obrolan yang diasuh Pak Besoet yang saat itu sangat digemari pendengar.

Dipaparkan bahwa Soeharto adalah anak tunggal buah perkawinan seorang lelaki desa yang berprofesi sebagai petugas irigasi desa (ulu-ulu) bernama Pak Panjang dan seorang perempuan bernama Ibu Soekirah. Namun sebelum menikahi Soekirah, Pak Panjang telah menikah dan dikaruniai dua orang anak.

Setelah Soeharto lahir, Pak Panjang juga menceraikan Soekirah. Dari pernikahan ketiga, Pak Panjang menikah lagi dan dikaruniai empat orang anak. Setelah itu Soekirah juga menikah lagi dan dikaruniai tujuh orang anak, termasuk di antaranya adalah Probosutedjo dan Notosuwito.

Ada cerita yang cukup menarik untuk disimak dalam kehidupan Soeharto. Setelah dia lahir, ibunya menghilang selama 40 hari tanpa satu pun orang yang mengetahui kemana dia pergi. Setelah pulang, Soekirah mengaku baru selesai bertapa untuk masa depan Soeharto, anaknya yang baru saja dilahirkannya.

Cerita yang melingkupi kehidupan Soeharto ini kemudian membuahkan kontroversi yang memicu kasak-kusuk cerita miring bahwa sebenarnya Soeharto adalah anak hasil hubungan gelap Soekirah dengan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Tersiarnya kabar tersebut membuat Soeharto perlu membuat pelurusan.

Soeharto menilai opini yang menyudutkan itu bisa berdampak kurang baik pada wibawa kepemimpinan yang saat itu sedang mulai akan dikukuhkannya. Cap sebagai anak haram akan mempersulit dirinya, sehingga dia perlu melakukan klarifikasi serius.

Langkah serupa juga dilakukan oleh SBY sekarang. Zaenal Ma'arif dilaporkan ke polisi karena dianggap melakukan pencemaran nama baiknya. Zaenal mengungkap sebuah data yang diyakininya sangat valid bahwa SBY pernah menikah dengan seorang perempuan asal Filipina sebelum masuk Akademi Militer, jauh sebelum SBY menikahi Kristiani, anak Letjen (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.

Isu ini sebenarnya pernah diungkap oleh Jendral (Purn) R Hartono menjelang Pilpres 2004. Namun saat itu SBY memilih mendiamkan dan hanya mengatkan bahwa isu itu hanyalah kampanye hitam terhadap dirinya dan sangat etis dalam dunia politik.

Tapi menghadapi Zaenal kali ini, SBY memilih untuk serius. Bisa jadi dia mempertimbangkan bahwa jika dia tetap diam, maka publik akan menganggap bahwa isu itu benar adanya. Dengan demikian wibawa dan kepercayaan publik kepadanya bisa terkikis. Di ranah ini memang adagium 'diam itu emas' seakan tak lagi berlaku. (mbr/asy)

(news from cache) - Reload from Original

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/07/tgl/30/time/132615/idnews/811034/idkanal/10

No comments: