Thursday, July 12, 2007

Kisah Asmara Siswi SMU dengan Pak Bupati


Kisah Asmara Siswi SMU dengan Pak Bupati
JADI TERSANGKA SETELAH JANJI DINIKAHI TAK DITEPATI

Pelajar SMU kelas 3 ini bersama ibunya, Yeni Karleni, dan pengacaranya, Agus Setiawan, S.H. mendatangi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) pimpinan Seto Mulyadi umat (26/11). Ia menceritakan kegalauannya karena dijadikan tersangka setelah dituduh mencemarkan nama baik bupati seputar hubungan asmara mereka. Berikut penuturan, Ratu Shinta Dewi Kristina (17), dara jelita itu.

KLIK - Detail
Saya berkenalan Dimyati Natakusuma ketika ada pertandingan basket antar sekolah di alun-alun kota Pandeglang (Banten). Saat itu, saya bertindak sebagai ketua cheerleader. Saya tidak tahu acara itu dihadiri oleh Dimyati. Semula saya juga tidak tahu dia seorang Bupati Pandeglang.

Usai acara, saya dipanggil oleh seorang satpol yang mengaku suruhan Dimyati. Dia minta saya menghadap Dimyati di tempat itu juga. Saat bertemu, Dimyati menanyai nama dan alamat saya. Dia juga memberikan nomor handphone-nya.

Dua hari kemudian saya coba misscall dia. Eh enggak lama dia menghubungi saya. Saat itu dia minta saya main ke kantornya. Lalu bersama seorang teman, saya datang ke kantornya. Setelah teman saya pulang, dia minta saya masuk ke ruang kerja. Kemudian dia mengunci kamar kerjanya. Kami ngobrol saja.

BERTEMU DI HOTEL
Singkat cerita, kami mulai berpacaran 7 Agustus 2003. Dia sering telepon dan SMS. Dalam sehari bisa 10 kali SMS. Selain telepon, kami juga makin sering bertemu. Soalnya, Dimyati melalui ajudannya sering menjemput saya dengan mobil ke rumah, bahkan ke sekolah. Itu sebabnya, banyak teman sekolah maupun guru yang tahu kalau saya dekat dengan bupati.

Hubungan kami pun semakin akrab, apalagi saya pernah dijanjikan akan dinikahi. Kami pun sering jalan-jalan sampai ke luar kota Pandeglang. Biasanya, kami ke Jakarta pada hari Sabtu. Pertama kali saya diajak ke sebuah hotel di Tangerang. Selanjutnya, saya sering diajak ke Hotel Citra Land di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Pertama, sih, hanya jalan-jalan, selanjutnya langsung masuk hotel.

KLIK - Detail (Ketika ditanya, apa saja yang dilakukan di dalam kamar hotel, Shinta menjawab, "Aduh jangan ditanyai tentang itu, deh," ujarnya sambil menutup wajahnya dengan tangan. Pipit, salah satu anggota Komnas Perlindungan Anak, mengatakan agar wartawan jangan menulis tentang hal itu. Namun, berita yang kemudian beredar, mereka melakukan hubungan badan selama di hotel.)

Semua itu menimbulkan rasa senang dan cinta saya kepadanya. Padahal, semula perasaan saya biasa saja. Begitu dekatnya hubungan kami, saya memanggil dia dengan sebutan Aa. Sebaliknya dia memanggil saya dengan sebutan sayang.

Meski kami sudah merasa akrab, saya tidak pernah menceritakan hubungan kami kepada orang tua karena saya takut. Apalagi Dimyati pernah minta agar hubungan kami tidak
boleh diberitahu kepada siapa pun, termasuk kepada orang tua saya. Kalau Ibu menanyakan saya pergi dengan siapa, saya jawab saja dengan Aa. Ibu percaya saja. Beliau mengira Aa itu teman sebaya saya, bukan Dimyati.

Saat bertemu, Dimyati pernah memberi saya uang, tetapi saya menolak. Demi Allah, saya tidak pernah menerima uang darinya. Pada dasarnya saya mencintai dia lahir batin. Pokoknya enggak bisa diungkapkan. Jadi, yang saya inginkan adalah tanggung jawab moral, bukan uangnya.
SERING DITEROR
Saya merasa senang ketika dia berjanji akan menikahi saya. Ya, itulah yang saya inginkan. Namun, sampai Februari 2004, janjinya itu sampai tidak kunjung direalisasi. Yang terjadi, justru Dimyati kayaknya menghindar, meski masih saja dia menelepon saya. Dia selalu menghindar dengan alasan sibuk. Saya pun kecewa dan sedih. Meski demikian, saya tidak pernah menagih janjinya.

Kejadian ini saya ceritakan kepada seorang teman yang kemudian mengajak saya ke sebuah LSM, Lembaga Justitia masyarakat Banten (LSM-JMB). Di sana bertemu dengan Cecep Solichin. Saya diminta menceritakan tentang hubungan saya dengan Dimyati. Entah kenapa, Cecep merekam pengakuan saya dengan handycam. Saya sempat bertanya kenapa direkam. Katanya, hal itu untuk dokumentasi mereka. Tapi kenyataannya, LSM itu menyebarluaskannya ke masyarakat.

No comments: