Saturday, September 15, 2007

Pilpres 2009 Mulai Menghangat

Qodari, "Megawati Akan Sulit Kalahkan SBY"

JAKARTA, (PR).-
Meski PDIP telah menjagokan kembali Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden (capres) pada Pilpres 2009 mendatang, akan sulit mengalahkan Susilo Bambang Yudhoyono. Meski pemerintahan SBY-Jusuf Kalla belum berhasil memenuhi harapan rakyat terutama dalam ekonomi, perilaku SBY yang baik selama ini sebagai modal tersendiri untuk mendapatkan simpati rakyat pada Pilpres 2009 itu.

PDIP tidak mempunyai pilihan lain kecuali mencalonkan Megawati. Dan itu baik untuk menghindari konflik internal partai. Kalau saja lambat mencalonkan Mega, akan muncul nama-nama lain yang dijagokan oleh masing-masing elite PDIP. Ini berpeluang memperpanjang konflik.

"Wajar jika Rakernas II dan Rakornas PDIP kompak menerima Megawati sebagai capres 2009," ujar M. Qodari (Direktur Eksekutif Indo Barometer), dalam dialektika demokrasi bertajuk "Bedah Kekuatan Megawati dan SBY" bersama Ketua FPDIP Tjahyo Kumolo dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok, di Gedung MPR/DPR RI Jakarta, Jumat (14/9).

Bahkan, dalam hasil surveinya Mei 2007 lalu, terdapat 10 nama yang masuk bursa capres. Ke-10 nama itu antara lain SBY (35,3%), Megawati (22,6%), Sultan HB X (7,7%), Wiranto (6,7%), Amien Rais (5,1%), K.H. Abdurrahman Wahid (4,4%), Jusuf Kalla (2,9%), Surya Paloh (1%), Sutiyoso (0,5%), dan Aburizal Bakrie (0,3%). Kalau pun pilpres akan dilakukan dua putaran, SBY diperkirakan akan mendapat dukungan hingga 62,3%.

"Megacukup 37,1%, sehingga capres yang masih potensial menghadapi SBY pada 2009 itu Mega. Hanya, ia akan sulit untuk mengalahkan SBY. Situasi itu akan berubah bergantung pada perkembangan politik mendatang," ujar Qodari.

Kharisme BK

Kekuatan Mega masih ada pada karisma Bung Karno dan mesin politik PDIP di seluruh Indonesia. Sementara kelebihan SBY antara lain perilakunya yang baik, menolak poligami, tidak korupsi, dan memberantas korupsi, tetapi mesin politik Partai Demokrat masih lemah.

Namun begitu, Tjahyo Kumolo optimistis Mega akan memenangi Pilpres 2009. PDIP mengambil hikmah dari kekalahan Mega-Hasyim pada Pilpres 2004. "Sikap oposisi PDIP selama 2 tahun terakhir ini akan mampu mendulang suara. Ke depan akan lempar program kerja PDIP dalam jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Kalau sudah disepakati, PDIP akan menyiapkan kabinet," kata Tjahyo.

Ia mengatakan, kalau Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP saja 11,6 juta dan pada Pemilu 2004 mencapai 18,9 juta, dalam pilpres Mega-Hasyim mencapai 45 jutaan, hal itu modal tersendiri untuk pencalonan Mega sebagai capres. Pihaknya menghargai berbagai kritikan terhadap Mega, baik yang mendukung maupun yang tidak.

Sementara itu, Ahmad Mubarok mengakui jika Partai Demokrat belum mempunyai capres 2009. Selain pemerintahan SBY ini harus menjalakan tugas pemerintahannya hingga 2009, problem yang dihadapi juga sangat besar dengan terjadinya berbagai bencana. Dari situlah dia melihat dukungan untuk SBY seperti gelombang laut. Pasti akan naik turun. "Jadi, kini Demokrat menonton saja dan meminta SBY konsentrasi menjalankan pemerintahan ini sampai 2009 dengan baik," tutur Mubarok.

Lain halnya dengan Golkar, PDIP dan PAN yang mulai sekarang sudah menjagokan tokohnya sebagai capres 2009. Katanya, "Demokrat tenang-tenang saja dan kalaupun dipaksa untuk mengajukan capres 2009, Demokrat akan mengumumkannya pada 2008."

Namun, Tjahyo Kumolo sudah melihat strategi gerakan SBY menuju 2009. antara lain sudah menginventarisasi nama-nama cawapres. Mereka antara lain, Hidayat Nur Wahid, Agung Laksono, Sri Sultan HB X, Aburizal Bakrie, Din Syamsuddin, Sri Mulyani, dan Sutanto (Kapolri).

Alternatif yang lain ada nama Akbar Tandjung, Soetrisno Bachir (PAN), Jimly Asshiddiqie, atau mengambil tokoh PKB dan NU. Alternatif duet SBY-JK memungkinkan kembali selama sisa pemerintahan dua tahun terakhir kebijakan pemerintah berhasil, serta presiden dan wapres saling memahami posisinya masing-masing. (A-109)***

No comments: